Welcome


Rabu, 09 November 2011

SMALLPOX (CACAR)

SMALLPOX
OLEH : Uci Diana
(10101001036)


 RESUME

Smallpox atau variola atau cacar merupakan penyakit menular akut yang disebabkan oleh virus poks (pox virus variolae)[1,7]. Cacar disebut Variola atau Variola Vera, berasal dari kata Latin ‘Varius‘ yang berarti bercak, atau gelembung kulit. Variola adalah penyakit virus yang disertai keadaan umum yang buruk menyebabkan manifestasi klinis berat dan dapat mengakibatkan kematian[2]. Penyebaran penyakit ini bersifat kosmopolit, tetapi pada daerah tertentu memberi insidens yang tinggi, misalnya di Amerika Tengah dan Selatan, Hindia Barat dan Timur Jauh[2]. Dikenal 2 tipe virus yang hampir identik tetapi menyebabkan 2 tipe variola, yaitu variola mayor dan variola minor (alastrim)[3]. Gejala terjangkitnya smallpox mirip gejala flu, termasuk demam tinggi, keletihan, sakit kepala, sakit punggung, dan diikuti munculnya ruam di kulit[4].
Variola hampir mirip cacar air atau varisela atau chicken pox, tetapi vesikelnya jauh lebih banyak dan berisi tidak hanya cairan tapi juga nanah dan darah[6]. Tidak ada pengobatan spesifik untuk penyakit ini, dan hanya imunisasi di seluruh dunia yang mampu menghentikan penyebaran smallpox (yang dilakukan pada tiga dekade lalu)[4]. Kasus terakhir ditemukan di Somalia tahun 1977 dan sejak tahun 1984 oleh WHO seluruh dunia telah dinyatakan bebas dari penyakit ini[7]. Hingga saat ini virus penyebab cacar masih disimpan di 2 negara, yaitu Amerika Serikat dan Rusia, hal ini masih menjadi perdebatan apakah virus itu tetap akan disimpan atau dimusnahkan[5].


BAB I PENDAHULUAN
EPIDEMIOLOGI PENYAKIT CACAR

Cacar merupakan penyakit infeksi menular yang sudah dikenal sejak berabad-abad sebelumnya[2]. Virus yang diperkirakan berasal dari India atau Mesir ini mewabah dan membunuh banyak orang[4]. Cacar disebut berasal dari kata Latin ‘Varius‘ yang berarti bercak atau gelembung kulit. Smallpox dalam bahasa Inggris digunakan pertama kali di Eropa pada abad ke 15 untuk membedakan cacar dengan Greatpox (sifilis). Virus cacar menempatkan diri di dalam pembuluh darah kecil di bawah kulit, mulut dan tenggorokan. Pada kulit penyakit ini menyebabkan keropeng (ruam) berbentuk makulopapular, kemudian membentuk gelembung kulit berisi cairan. Penderita cacar mengalami keropeng kulit, sehingga disebut ‘Speckled monster‘ (monster bernoda). Banyak bayi yang meninggal akibat serangan virus ini sehingga  tumbuh tradisi yang pantang memberi nama bayi yang baru lahir, jika si bayi dapat bertahan dari cacar barulah ia akan diberi nama[1]. Cacar menjangkiti semua kalangan, tercatat penyakit ini telah membunuh Ratu Mary II dari Inggris, Raja Luis I dari Spanyol, Kaisar Joseph I dari Austria, Ratu Ulrika Elenora dari Swedia, Raja Louis XV dari Prancis, dan Tsar Peter II dari Rusia[1].
Cacar (variola/smallpox) berbeda dengan cacar air (varisela/chickenpox) dan cacar monyet (impetigo bullosa). Jika cacar disebabkan oleh virus variola dan cacar air disebabkan oleh virus varicella zoster, maka cacar monyet penyebabnya adalah bakteri Staphylococcus aureus[8]. Para ahli kesehatan menyatakan bahwa keganasan virus variola melebihi gabungan berbagai penyakit infeksi lainnya[4]. Pada tahun 1978 Edward Jenner mendemonstrasikan bahwa inokulasi cacar sapi bisa memberi perlindungan terhadap cacar, yang kemudian membawa harapan pertama agar penyakit ini bisa dikendalikan[5]. Tidak ada pengobatan spesifik untuk penyakit ini, dan hanya imunisasi di seluruh dunia yang mampu menghentikan penyebaran smallpox, yang dilakukan pada tiga dekade lalu. Mungkin karena dinilai telah berhasil membungkam cacar ganas ini, pada tahun 1972 pemerintah Amerika Serikat menghentikan vaksinasi rutin[7]

i.                    Data Kasus Penyakit Cacar
Pada Abad Pertengahan, cacar menyerang secara berkala di Eropa, menjadi endemis setelah jumlah dan perpindahan penduduk meningkat pada zaman Perang Salib. Pada abad ke 16 cacar melanda sebagian besar Eropa[13]. Di India, China, dan Eropa, cacar terutama menjangkiti anak-anak, dengan epidemi berkala yang menyebabkan kematian 30% dari yang terinfeksi[13]. Pada 1545 epidemi cacar di Goa, India, menelan korban 8.000 anak meningga[13]. Secara epidemiologis timbulnya cacar di Eropa memiliki arti penting, sebab gelombang eksplorasi dan kolonisasi yang terus menerus dilakukan orang-orang Eropa pada abad ke 16 telah menyebarkan penyakit itu ke seluruh dunia[13]. Selama abad ke 18 penyakit ini membunuh sekitar 400.000 penduduk Eropa per tahun (meliputi masa pemerintahan lima kerajaan), dan menyebabkan sepertiga di antaranya buta[1]. Pada akhir abad ke-18, sekitar 400,000 orang meninggal setiap tahun di seluruh dunia karena cacar[13]. Dalam sebuah survei yang dilakukan di Vietnam pada tahun 1898, 95% anak remaja yang bopeng dan sembilan persepuluh dari kebutaan semuanya dianggap berasal dari cacar[1]. Pada awal tahun 1950 -150 tahun setelah pengenalan vaksinasi- sekitar 50 juta kasus cacar terjadi di dunia setiap tahunnya, angka tersebut turun menjadi sekitar 10-15 juta pada tahun 1967 dan 2 juta meninggal tahun itu[1]. Satu studi cacar setelah kasus di Eropa dan Kanada (1950-1971) menunjukkan angka kematian 52% pada orang yang tidak divaksinasi, 1,4% pada mereka yang divaksinasi hingga 10 tahun sebelum paparan, dan hanya 11% pada mereka yang lebih dari 20 tahun vaksinasi sebelum pajanan[1]. Untuk kelompok usia 10-49 tahun, tingkat kematian adalah 49% pada orang yang tidak divaksinasi dan 4,3% pada mereka yang divaksinasi 20 tahun sebelumnya[1]. Berikut ini data kasus penyakit cacar yang tersebar diberbagai benua diseluruh dunia[11].

Data Kasus Cacar secara Global, Tahun 1959-1966 **


Benua
1959
1960
1961
1962
1963
1964
1965
1966
1967 *
Afrika
16,307
16,823
26,060
24,329
16,863
12,506
16,784
14,127
9,554
Asia
71,309
39,843
53,957
63,616
98,784
43,537
39,145
50,494
50,958
Eropa
26
47
24
136
129
-
1
71
3
Utara
Amerika
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Selatan
Amerika
5,490
7,931
9,026
9,718
7,151
3,398
3,515
3,092
426
Oceania
-
1
-
-
-
-
-
-
-
Total
93,132
64,645
89,067
97,800
122,927
54,441
59,445
67,784
60,941

**   Konsolidasi data yang dikumpulkan oleh WHO dari berbagai sumber
* Sampai 15 Juli 1967
Sumber: Cacar Pemberantasan - Laporan WHO Kelompok Ilmiah: Organisasi Kesehatan Dunia Seri Laporan Teknis, No 393 (Jenewa: WHO, 1968), 7, Kamar Publikasi Resmi, Perpustakaan Universitas Cambridge, Inggris.
 

ii.                    Urgensi Penyakit Cacar dalam Kesehatan Masyarakat

Bukti-bukti sejarah dan epidemiologi menunjukkan bahwa Asia Selatan adalah rumah bagi penyakit ini, variola besar, yang kadang-kadang bermutasi dengan bentuk berdarah yang mematikan[11]. Di sisi lain, variola kecil kurang virulen (alastrim) adalah yang paling umum di Eropa dan Afrika Utara, di mana tingkat kematian lebih rendah dan kasus berdarah sangat jarang[11]. Beberapa negara Asia jauh lebih parah terkena cacar daripada negara lain, Asia Selatan misalnya, terdiri dari India, Bangladesh (Pakistan Timur sebelum 1971), Pakistan, Sri Lanka, Nepal, Bhutan dan Afghanistan adalah fokus utama dari endemik variola yang menyebabkan WHO meneliti situasi di wilayah ini dengan hati-hati[11]. Namun berkat keberhasilan vaksinasi, wabah alami cacar di Amerika Serikat terjadi pada tahun 1949[1]. Pada tahun 1972, vaksinasi cacar rutin untuk anak-anak di Amerika Serikat tidak lagi dibutuhkan[1]. Kemudian pada tahun 1980, WHO menyatakan bahwa seluruh negara di dunia bebas dari penyakit cacar dengan kasus terakhir ditemukan di Somalia tahun 1977[1]. Meskipun demikian kita harus waspada terhadap munculnya kembali penyakit ini[10]. Hingga saat ini, virus cacar masih disimpan di dua laboratorium yang disetujui di Amerika Serikat dan Rusia[1,5,7,10]. Perbedaan pendapat timbul karena sebagian negara menganggap bahwa virus ini masih perlu disimpan untuk melakukan penelitian terhadap penyakit ini jikalau datang lagi, sementara pendapat negara lain mengatakan bahwa sekarang penelitian sudah cukup dilakukan dan virus harus dimusnahkan untuk mencegah berbagai hal yang tidak diinginkan[12].


BAB II PEMBAHASAN
EPIDEMIOLOGI PENYAKIT CACAR
         
           II. 1 Triad Epidemiologi
1.      Agent
Agent penyebab penyakit cacar adalah virus Variola, anggota dari Genus Orthopoxvirus, Subfamili Chordopoxviridae dari Famili Poxviridae. Virus variola relatif stabil dalam lingkungan alam[1]. Virus variola berukuran 150-260 nanometer dan berisi molekul DNA beruntai ganda  sekitar 200 protein yang berbeda, virus ini merupakan salah satu genom virus terbesar yang dikenal[1]. Ukuran genom yang besar membuatnya sangat sulit untuk membuat sintetis virus tiruan[1]. Virus cacar tidak tahan oleh sinar matahari dan panas[5]. Dalam percobaan di laboratorium, 90% virus cacar berupa aerosol mati dalam 24 jam setelah terkena sinar matahari[5]. WHO telah merekomendasikan bahwa tidak ada yang lain kecuali dua kolaborasi pusat di Amerika Serikat dan Federasi Rusia dalam hal kepemilikan DNA virus Variola[1]. Berikut ini gambar dan struktur dari virus Variola.

                               

  
2.      Host
Dalam penyakit cacar (variola) yang menjadi host (pejamu) adalah manusia[1]. Reservoir hewan ataupun serangga tidak mempunyai peranan dalam transmisi penularannya[1,5]. Penularan dapat terjadi dari manusia ke manusia[5]. Pada manusia, tidak adanya kekebalan tubuh (dari vaksinasi) membuatnya rentan terhadap infeksi virus cacar[5]. Selain itu adanya kontak atau tatap muka dengan orang yang terinfeksi[5]. Kontak langsung dengan cairan tubuh yang terinfeksi atau obyek seperti tempat tidur atau pakaian yang mengandung virus dari penderita, kendati risiko infeksi dari sumber ini jauh lebih rendah[5].



(sumber : www.bluefame.com )

3.      Environment
Virus variola relatif stabil dalam lingkungan alam[5]. Namun jika berupa aerosol infektivitasnya hanya beberapa jam saja bahkan kurang terutama ditempat yang terkena sinar matahari langsung, virus ini tidak tahan terhadap panas dan sinar matahari[5]. Lingkungan yang padat penduduk dapat memudahkan penyebaran virus ini, karena mudah menular melalui udara atau kontak langsung. Selain itu, lingkungan dengan fasilitas yang digunakan secara bersama-sama juga memudahkan penularan penyakit ini, karena persentase terkontaminasi virus penderita menjadi semakin besar. 

II. 2  Transmisi Penyakit Cacar
 
.         Mekanisme transmisinya dapat terjadi secara langsung dan tidak langsung[5]. Secara langsung misalnya lewat udara yang terkontaminasi virus variola, yang selanjutnya terhirup oleh kita[5]. Selain itu adanya kontak atau tatap muka dengan orang yang terinfeksi[5]. Kontak langsung atau bersentuhan mengenai ruam-ruam dan cairan tubuh si penderita[5]. Kadang-kadang dapat pula menyebar di udara ditempat-tempat tertutup seperti bangunan, bus, kereta api[5]. Adapun secara tidak langsung misalnya melalui benda atau obyek yang terkontaminasi seperti pakaian yang terinfeksi atau mengandung virus dari penderita dan tempat tidur yang terkontaminasi[5]. Cacar hanya ditularkan oleh manusia, sedangkan serangga dan reservoir hewan tidak memiliki peranan dalam mekanisme transmisi[1,5]. Seseorang dengan cacar terkadang dapat menularkan ke orang lain ketika berada pada fase demam (fase prodromal), tetapi orang yang berpotensi paling besar dalam penularan adalah ketika fase munculnya ruam[1].

            II. 3  Riwayat Alamiah Penyakit

1.      Masa Inkubasi dan Klinis
Paparan virus diikuti oleh masa inkubasi selama orang tidak memiliki gejala apapun dan mungkin merasa baik-baik saja[5]. Masa inkubasi rata-rata sekitar 12 sampai 14 hari tetapi dapat berkisar 7-17 hari[5,7]. Selama waktu ini, orang terlihat dan terasa sehat serta tidak dapat menginfeksi orang lain. Masa inkubasi diikuti dengan timbulnya gejala klinis seperti influenza, termasuk demam, sakit kepala, nyeri punggung, kadang-kadang sakit perut dan muntah[5,7]. .

2.      Masa Laten dan Periode Infeksi
Masa laten biasanya 2 sampai 4 hari, pada saat ini orang biasanya terlalu sakit untuk melakukan kegiatan normal mereka[5]. Periode infeksi ditandai dengan munculnya ruam,ini dapat berlangsung sekitar 20 hari sejak mulai munculnya ruam hingga keropeng terakhir, tetapi yang paling menular adalah selama 7 sampai 10 hari pertama setelah onset ruam.

         
          II. 4  Pencegahan Penyakit Cacar
Kendati WHO telah menetapkan bahwa dunia dinyatakan bebas cacar sejak tahun 1980, kita harus tetap waspada terhadap penyakit ini agar tidak terulang kembali[1]. Ada beberapa cara pencegahan yang dapat kita lakukan, diantaranya :
1.      Melakukan vaksinasi, ini merupakan salah satu cara terbaik untuk mencegah cacar[5]. Jika diberikan kepada seseorang sebelum paparan cacar, vaksin benar-benar dapat melindungi mereka[5]. Vaksinasi dalam waktu 3 hari setelah terpapar akan mencegah atau sangat mengurangi keparahan penyakit cacar pada kebanyakan orang[5]. Vaksinasi 4 sampai 7 hari setelah pajanan dan kemungkinan menawarkan beberapa perlindungan dari penyakit atau dapat menurunkan keparahan penyakit[5]. Pemberian vaksinasi setelah pasien sudah memiliki ruam tidak akan melindungi pasien cacar[5].  Vaksin cacar saat ini berlisensi, yang terdiri dari strain laboratorium virus vaccinia, sangat efektif dalam mencegah infeksi[10]. Para ahli medis percaya vaksin dapat mengurangi keparahan, atau bahkan mencegah, penyakit pada orang yang belum divaksinasi jika diberikan dalam waktu 4 hari setelah terpapar virus[10]. Vaksin cacar membantu tubuh mengembangkan kekebalan terhadap cacar[10]. Vaksin ini terbuat dari "cacar"-jenis virus yang berhubungan dengan cacar[10]. Vaksin cacar mengandung virus vaccinia hidup-tidak seperti vaksin lain yang menggunakan virus dibunuh[10]. Vaksin ini tidak mengandung virus cacar dan tidak dapat menularkan cacar[10]

2.      Hindari kontak langsung atau tatap muka dengan penderita[1]
3.      Hindari bersentuhan atau kontak dengan benda-benda atau tempat yang terkontaminasi virus seperti pakaian dan tempat tidur penderita[1]


II. 5  Pengobatan Penyakit Cacar

Tidak ada pengobatan khusus untuk cacar, terbukti para ilmuwan sedang meneliti pengobatan baru[7]. Pasien dengan cacar dapat dibantu dengan cairan intravena, obat-obatan untuk mengontrol demam atau nyeri, dan antibiotik untuk infeksi bakteri sekunder yang mungkin terjadi[7].  Selain itu penderita harus dikarantina[2]. Sistemik diberikan obat antiviral (asiklovir atau valasiklovir) misalnya isoprinosin, dan interferon, dapat pula diberikan globulin gama[2]. Kecuali itu obat yang bersifat simtomatik, misalnya analgetik/antipiretik[2]. Diawasi pula kemungkinan timbulnya infeksi sekunder, maupun infeksi nosokornial, serta cairan dan elektrolit[2]. Jika dimulut masih terdapat lesi diberikan makanan lunak. Pengobatan topikal bersifat penunjang, misalnya kompres dengan antiseptik atau salep antibiotik[2].
BAB III
PENUTUP

III. 1  Kesimpulan
Cacar merupakan penyakit menular akut yang disebabkan oleh virus poks (pox virus variolae)[1,7]. Dikenal 2 tipe virus yang hampir identik tetapi menyebabkan 2 tipe variola, yaitu variola mayor dan variola minor (alastrim)[3]. Gejala terjangkitnya smallpox mirip gejala flu, termasuk demam tinggi, keletihan, sakit kepala, sakit punggung, dan diikuti munculnya ruam di kulit[4]. Agent penyebab penyakit cacar adalah virus Variola, anggota dari Genus Orthopoxvirus, Subfamili Chordopoxviridae dari Famili Poxviridae. Virus variola relatif stabil dalam lingkungan alam[1]. Dalam penyakit cacar (variola) yang menjadi host (pejamu) adalah manusia[1]. Reservoir hewan ataupun serangga tidak mempunyai peranan dalam transmisi penularannya[1,5]. Penularan dapat terjadi dari manusia ke manusia[5]. Virus variola relatif stabil dalam lingkungan alam[5]. Namun jika berupa aerosol infektivitasnya hanya beberapa jam saja bahkan kurang terutama ditempat yang terkena sinar matahari langsung, virus ini tidak tahan terhadap panas dan sinar matahari[5]. Mekanisme transmisinya dapat terjadi secara langsung dan tidak langsung[5]. Pencegahan yang dapat kita lakukan antara lain dengan melakukan vaksinasi, menghindari kontak langsung dengan penderita serta menghindari bersentuhan dengan benda atau barang-barang penderita, seperti pakaian dan tempat tidur[5]. Untuk pengobatan penyakit cacar tidak ada metode khusus, terbukti para ilmuwan sedang meneliti pengobatan baru[7]. Pasien dengan cacar dapat dibantu dengan cairan intravena, obat-obatan untuk mengontrol demam atau nyeri, dan antibiotik untuk infeksi bakteri sekunder yang mungkin terjadi[7. WHO telah menetapkan bahwa dunia bebas dari cacar sejak tahun 1980, dengan kasus terakhir ditemukan di Somalia[1,7]

            III. 2  Saran

Walaupun dunia telah dinyatakan bebas cacar sejak tahun 1980 oleh WHO, kita harus tetap waspada agar kejadian serupa tidak terulang. Hal dasar yang dapat kita lakukan adalah dengan tetap memberikan vaksin  untuk pencegahan. Sebaiknya virus variola yang saat ini berada di Amerika Serikat dan Rusia, benar-benar dijaga ketat agar tidak terjadi penyalahgunaan. Selain itu perlu ada penyelidikan mengenai isu-isu yang menyebutkan bahwa virus itu juga berada di negara lain selain kedua negara tersebut serta adanya maksud bahwa virus variola ini akan dijadikan senjata bioterorist.


DAFTAR REFERENSI

1.     www.Who.Int/mediacentre/factsheets/smallfox/en/ diakses 1 november 2011
2.     Djuanda A. , Hamzah M. , Aisah S. , 2009. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi ke-5. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta: 116-118
3.     Fields, B.N. 1999. Biologi of viruses. Engleberg. NC
4.     www.pdmbontang.com diakses 1 november 2011
5.     www.bt.cdc.gov/agent/smallpox/index.asp  diakses 2 november 2011
6.     Sastrawinata, U.S. 2008. Virologi Manusia. Jilid 2. Alumni. Bandung
7.     www.nlm.nih.gov/medlineplus/smallpox.html diakses 2 november 2011
9.     www.pdpersi.co.id  diakses 2 november 2011
11.Bhattacharya,sanjoy www.smallpoxhistory.ucl.ac.uk/  diakses 1 november 2011
12. www.penyakitmenular.info diakses 2 november 2011
13.www.fk.uns.ac.id/index.php/download/file/62  diakses 1 november 2011
14.www.depkes.go.id diakses 1 november 2011

3 komentar: