BY : ELLIS SEPIANESSI
10101001019
CAMPAK
BAB I. RESUME
Campak dalam bahasa latin dikenal dengan nama morbili atau morbillia dan rubeola, yang kemudian dalam bahasa Jerman disebut dengan nama masern, dalam bahasa Islandia dikenal dengan nama mislingar dan measles dalam bahasa Inggris.
Penyakit Campak (Rubeola, Campak 9 hari, measles) adalah suatu infeksi virus yang sangat menular, yang ditandai dengan demam, batuk, konjungtivitis ( peradangan selaput ikat mata/konjungtiva) dan ruam kulit. Penyakit ini disebabkan karena infeksi virus campak yaitu virus rubeola golongan Paramyxovirus dari pada genus Morbillivirus. Penularan terjadi melalui percikan ludah dari hidung, mulut maupun tenggorokan penderita campak (airborne disease). Kemungkinan 90% bahwa orang lain akan terpengaruh atau terkena penyakit ini selama mereka belum divaksinasi atau belum memperoleh kekebalan dari campak.
Penyakit ini biasanya menyerang anak-anak pra sekolah dan anak-anak SD, meskipun tidak menutup kemungkinan menyerang orang dewasa yang belum pernah terkena penyakit ini. Jika orang yang sudah terkena penyakit ini, makan sepanjang hidupnya tidak akan terkena penyakit campak ini lagi. Penderita bisa menularkan infeksi ini dalam waktu 2-4 hari sebelum rimbulnya ruam kulit dan 4 hari setelah ruam kulit ada. Masa inkubasi adalah 10-12 hari sebelum gejala muncul, 14 hari hingga ruam muncul. Imunisasi (MMR) pada usia 12 bulan dan 4 tahun. Orang yang dekat dan tidak mempunyai kekebalan seharusnya tidak menghadiri sekolah atau bekerja selama 14 hari.
BAB II. PENDAHULUAN
II.A Data kasus penyakit menular, dunia, sumsel dan Palembang
Indonesia pada saat ini berada pada tahap reduksi dengan pengendalian dan pencegahan kejadian luar biasa (KLB). Tingkat penularan infeksi campak sangat tinggi sehingga sering menimbulkan KLB. Jumlah kasus campak menurun pada semua golongan umur di Indonesia terutama anak-anak di bawah lima tahun pada tahun 1999 s/d 2001, namun setelah itu insidence rate tetap, dengan kejadian pada kelompok umur < 1 tahun dan 1-4 tahun selalu tinggi daripada kelompok umur lainnya. Pada umumnya- KLB yang terjadi di beberapa provinsi menunjukkan kasus tertinggi selalu pada golongan umur 1-4 tahun (Depkes, 2006).
Pada tahun 2005 terdapat 345.000 kematian di dunia akibat penyakit campak dan sekitar 311.000 kematian terjadi pada anak-anak usia dibawah lima tahun. Pada tahun 2006 terdapat 242.000 kematian karena campak atau 27 kematian terjadi setiap jamnya (WHO, 2007). Kematian campak yang meliputi seluruh dunia pada tahun 2007 adalah 197.000 dengan interval 141.000 hingga 267.000 kematian dimana 177.000 kematian terjadi pada anak-anak usia dibawah lima tahun. Lebih dari 95% kematian campak terjadi di negara-negara berpenghasilan rendah dengan infrastruktur kesehatan lemah (WHO, 2008). Hal ini sangat disayangkan meningat campak adalah salah satu penyakit yang dapat dicegah dengan (PD3I).
Berdasarkan data dari Depkes tahun 2003, di Provinsi Bali terdapat 32,5 per 100.000 balita/tahun, dan di Jawa Barat terdapat 45 per 100.000 balita/tahun. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Sumsel pada tahun 2005 terdapat 2.189 penyakit Campak , yaitu 42,5% di antaranya terjadi pada anak usia balita.
II.B Urgensi
Penyakit campak kini telah menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia. Penyakit ini tersebar luas diseluruh dunia tidak dipengaruhi oleh iklim, ras dan kebangsaan maupun status ekonomi dan sosial. Kebanyakan kasus campak terjadi pada akhir musim dingin dan awal musim semi di negara dengan empat musim dengan puncak kasus terjadi pada bulan Maret dan April. Lain halnya dengan di negara tropis dimana kebanyakan kasus terjadi pada musim panas. Ketika virus menginfeksi populasi yang belum mendapatkan kekebalan atau vaksinasi maka 90-100% akan menjadi sakit dan menunjukkan gejala klinis.
Khususnya di Indonesia, secara nasional selama tahun 2004 frekuensi Kejadian Luar Biasa (KLB) Campak menempati urutan kedua setelah DBD. KLB Campak Tahun 2004 terjadi sebanyak 97 kali dengan jumlah kasus sebanyak 2.818 dan 44 kematian atau CFR 1,56%. Tingkat penularan infeksi campak sangat tinggi sehingga sering menimbulkan KLB. Faktor lain yang juga sangat berpengaruh terhadap penyakit campak adalah pengetahuan para ibu yang rendah terhadap penyakit campak. Mereka menganggap bahwa penyakit campak sama dengan penyakit cacar air sedangkan jika ada anak yang menderita campak harus segera mendapat pengobatan untuk mencegah komplikasi lebih lanjut yang dapat mengakibatkan kematian. Insiden campak menurun secara drasmatis sejak diperkenalkannya vaksin campak pada tahun 1985.
BAB III. ISI
III.A. Triad Epidemiologi
Agen
Penyakit ini disebabkan oleh virus campak yaitu virus rubella golongan Paramyxovirus dari pada genus Morbillivirus. Virus rubella adalah virus RNA beruntai tunggal yang hanya menginfeksi manusia, dimana virus campak ini tidak aktif oleh panas, cahaya, PH asam, eter, dan tripsin (enzim). Ukuran virus ini yaitu 140 milimikron, berdiameter 150-100 mikrometer, usia paruhnya sekitar 2 jam pada suhu 37 derajat celcius. Waktu kelangsungan hidup virus ini pun singkat di udara, permukaan, dan pada benda.
Virus ini menyerang anak-anak, dewasa, bahkan ibu hamil. Virus rubella ini dapat menyerang bagian saraf dan otak yang kemudian menyerang kulit ditandai dengan timbulnya bercak merah. Virus campak biasanya timbul di sel-sel yang melapisi bagian belakang tenggorokan dan paru-paru.
Host (Pejamu)
Sidang CDC / PAHO / WHO menyimpulkan bahwa host atau pejamu penyakit ini adalah manusia. Penyakit ini biasanya menyerang anak-anak pra sekolah dan anak-anak SD, meskipun tidak menutup kemungkinan menyerang orang dewasa yang belum pernah terkena penyakit ini. Jika orang yang sudah terkena penyakit ini, makan sepanjang hidupnya tidak akan terkena penyakit campak ini lagi. Penderita bisa menularkan infeksi ini dalam waktu 2-4 hari sebelum timbulnya ruam kulit dan 4 hari setelah ruam kulit ada.
I. Gambar Wajah dan tubuh anak terkena campak hari ketiga ruam.
Beberapa faktor host yang dapat meningkatkan resiko penyakit campak antara lain :
· Umur
Kasus campak di Negara industry terjadi pada anak usia 4-6 tahun ataupun usia sekolah dasar dan pada anak dengan usia yang lebih muda di Negara berkembang. Cakupan imunisasi yang intensif menghasilkan perubahan dalam distribusi umur dimana kasus lebih banyak pada anak dengan usia yang lebih tua, remaja, dan dewasa muda.
· Pendidikan
Tingkat pendidikan sangat mempengaruhi bagaimana seseorang untuk bertindak dan mencari penyebab serta solusi dalam hidupnya. Orang yang berpendidikan lebih tinggi biasanya akan bertindak lebih rasional. Oleh karena itu orang yang berpendidikan akan lebih mudah menerima gagasan baru. Pendidikan juga mempengaruhi pola berpikir pragmatis dan rasional terhadap adat kebiasaan, dengan pendidikan lebih tinggi orang dapat lebih mudah untuk menerima ide atau masalah baru.
· Status Gizi
Kejadian kematian karena campak lebih tinggi pada kondisi malnutrisi, tetapi belum dapat dibedakan antara efek malnutrisi terhadap kegawatan penyakit campak dan efek yang ditimbulkan penyakit campak terhadap nutrisi yang dikarenakan penurunan selera makan dan kemampuan untuk mencerna makanan.
Environment (Lingkungan)
Epidemi campak dapat terjadi setiap 2 tahun di negara berkembang dengan cakupan vaksinasi yang rendah. Kecenderungan waktu tersebut akan hilang pada populasi yang terisolasi dan dengan jumlah penduduk yang sangat kecil yakni < 400.000 orang. Pada lingkungan yang jarang terjangkit penyakit, angka kematian bisa setinggi 25%.
III.B. Transmisi Penyakit
Virus campak berada dalam lendir dihidung dan tenggorokan orang yang terinfeksi, sehingga penularan biasanya terjadi melalui udara dan pernapasan (batuk dan bersin). Virus campak ditularkan secara langsung dari droflet infeksi. Setelah terinfeksi dengan virus, dibutuhkan beberapa hari untuk gejala muncul. Virus tetap aktif dan menular pada permukaan yang terinfeksi sampai dua jam. Penularan campak terjadi begitu mudah bahwa siapa saja yang tidak diimunisasi mungkin akan mendapatkan penyakit ini pada akhirnya.
Transmisi campak terutama dari orang ke orang melalui droflet pernapasan besar. Transmisi udara melalu aerosol droflet nuklei telah didokumentasi diwilayah tertutup ( misalnya kantor ruang pemeriksaan) hingga 2 jam orang yang terkena campak menduduki daerah tersebut. Campak sangat menular dengan >90% tingkat serangan sekunder dikalangan orang yang rentan. Campak dapat ditularkan 4 hari sebelum dan 4 hari setelah onset dari ruam. Penularan maksimum terjadi dari timbulnya prodom melalui 3-4 hari pertama ruam (WHO).
III.C.1. Masa inkubasi dan klinis
Masa inkubasi (waktu terpapar sampai kena penyakit) penyakit campak adalah 10-12 hari, sebelum gejala muncul dan 14 hari ruam muncul. Kekebalan terhadap campak diperoleh setelah vaksinisasi, infeksi aktif dan kekebalan pasif pada seorang bayi yang lahir ibu yang telah kebal berlangsung selama 1 tahun. Gejala mulai timbul dalam waktu 7-14 hari setelah terinfeksi. Gejala yang nampak pada penderita campak antara lain :
a. Demam dengan suhu yang tinggi serta selsema
b. Mata merah (conjuctivitis), berair, dan sensitif pada cahaya (fotofobia)
c. Nyeri tenggorokan
d. Hidung meler (Coryza)
e. Batuk (Cough)
f. Bercak Koplik
g. Nyeri otot
Sesudah melewati masa inkubasi sekitar 10-12 hari lamanya, penyakit campak akan menunjukkan gejala-gejala klinik yang jelas berupa demam, malaise, myalgia, dan sakit kepala. Dalam beberapa jam keluhan pada mata akan timbul berupa fotofobia dan rasa panas didalam mata dan mata akan nampak merah, berair dan mengandung eksudat pada kantong konjungtiva. Dalam waktu singkat akan terjadi radang kataral pada saluran pernapasan dengan gejala-gejala bersin-bersin, batuk, dan pilek.
III.C.2. Masa Laten dan periode infeksi
Reservoir penyakit campak adalah manusia dengan suseptibilitas pada semua orang (universal). Penularan kepada kontak yang rentan melalui penghamburan butir-butir cairan saluran nafas mulai hari ke-9 sampai hari ke-10 (pada beberapa kasus kejadian pada hari ke-7) setelah pemaparan, pada permulaan periode prodormal yang sering kali terjadi sebelum diagnosa kasus awal berhasil ditegakkan. Masa penularan ini beangsur-angsur bekurang dan berakhir pada hari ke-4 dari masa rash. Diperkirakan bahwa pada umur 5 tahun paling sedikit 90% dari anak-anak yang belum mendapat vaksinasi telah menderita campak. Virus campak hanya dapat ditularkan dari manusia ke manusia dan hanya dapat aktif dialam bebas sekitar 34 jam pada suhu kamar. Masa penularan berlangsung mulai dari hari pertama sebelum munculnya gejala prodormal biasanya sekitar 4 hari sebelum timbulnya ruam, minimal hari kedua setelah timbulnya ruam.
III.D. PENCEGAHAN
Vaksin campak merupakan bagian dari imunisasi rutin pada anak-anak.
Vaksin biasanya diberikan dalam bentuk kombinasi dengan gondongan dan campak Jerman (vaksin MMR/mumps, measles, rubella), disuntikkan pada otot paha atau lengan atas. Jika hanya mengandung campak, vaksin diberikan pada umur 9 bulan. Dalam bentuk MMR, dosis pertama diberikan pada usia 12-15 bulan, dosis kedua diberikan pada usia 4-6 tahun. Selain itu penderita juga harus disarankan untuk istirahat minimal 10 hari dan makan makanan yang bergizi agar kekebalan tubuh meningkat.
Dua macam vaksinisasi campak yang beredar di Indonesia :
Vaksin biasanya diberikan dalam bentuk kombinasi dengan gondongan dan campak Jerman (vaksin MMR/mumps, measles, rubella), disuntikkan pada otot paha atau lengan atas. Jika hanya mengandung campak, vaksin diberikan pada umur 9 bulan. Dalam bentuk MMR, dosis pertama diberikan pada usia 12-15 bulan, dosis kedua diberikan pada usia 4-6 tahun. Selain itu penderita juga harus disarankan untuk istirahat minimal 10 hari dan makan makanan yang bergizi agar kekebalan tubuh meningkat.
Imunisasi MMR
1. Vaksin kemasan kering tunggal, mengandung virus campak hidup yang dilemahkan, diberikan pada bayi usia 9-11 bulan.
2. Vaksin kemasan kering dikombinasi dengan vaksin gondong/bengok (mumps) dan campak Jerman (Rubella). Di Amerika Serikat kemasan ini dengan nama vaksin MMR (Measles-Mumps-Rubella). Di Amerika Serikat di berikan pada anak-anak usia 4-6 tahun sebelum memasuki sekolah dasar.
Selain imunisasi, pemberian vitamin A yang mempunyai efek pemeliharaan mukosa sistem pernapasan dan pencernaan serta peningkatan daya tahun tubuh terbukti menurunkan angka kesakitan dan kematian pada pasien-pasien campak di rumah sakit.
Tidak ada pengobatan khusus untuk campak. Namun untuk pencegahan biasanya diberikan vaksin campak rutin kepada anak-anak. Untuk menurunkan demam, diberikan asetaminofen. Jika terjadi infeksi bakteri, diberikan antibiotik.
Kekebalan terhadap campak diperoleh setelah vaksinasi, infeksi aktif dan kekebalan pasif pada seorang bayi yang lahir ibu yang telah kebal (berlangsung selama 1 tahun). Orang-orang yang rentan terhadap campak adalah: - bayi berumur lebih dari 1 tahun - bayi yang tidak mendapatkan imunisasi - remaja dan dewasa muda yang belum mendapatkan imunisasi kedua.
Adapun tiga tahap pemberantasan campak yaitu meliputi :
1. Tahap Reduksi
Tahap reduksi campak dibagi menjadi 2 tahap:
· Tahap pengendalian campak; pada tahapan ini terjadi penurunan kasus dan kematian, cakupan imunisasi > 80% dan interval terjadinya KLB berkisar antara 4-8 tahun.
· Tahap pencegahan KLB; pada tahapan ini cakupan imunisasi dapat dipertahankan tinggi dan merata, penurunan tajam kasus dan kematian dengan interval terjadinya KLB relaif lebih panjang.
2. Tahap Eliminasi
Pada tahap eliminasi, cakupan imunisasi campak sudah sangat tinggi (>95%), dan daerah dengan cakupan imunisasi rendah sudah sangat kecil. Kasus campak sudah jarang dan KLB hampir tidak pernah terjadi. Anak-anak yang dicurigai tidak terlindung harus diselidiki dan mendapat imunisasi tambahan.
3. Tahap Eradikasi
Cakupan imunisasi tinggi dan merata dengan kasus campak sudah tidak ditemukan. Transmisi virus dapat diputuskan, dan negara- negara di dunia sudah memasuki tahap eliminasi.
BAB IV.KESIMPULAN DAN SARAN
IV.1 KESIMPULAN
Penyakit Campak (Rubeola, Campak 9 hari, measles) adalah suatu infeksi virus yang sangat menular, yang ditandai dengan demam, batuk, konjungtivitis ( peradangan selaput ikat mata/konjungtiva) dan ruam kulit. Penyakit ini disebabkan karena infeksi virus campak yaitu virus rubeola golongan Paramyxovirus dari pada genus Morbillivirus. Virus campak ini ditularkan secara langsung dari droflet infeksi.
Penyakit ini biasanya menyerang anak-anak pra sekolah dan anak-anak SD, meskipun tidak menutup kemungkinan menyerang orang dewasa yang belum pernah terkena penyakit ini. Masa inkubasi campak adalah 10-12 hari. Penularan yang cepat, terutama pada kelompok dengan daya tahan imun rendah, kepadatan yang tinggi, serta kurangnya akses pelayanan kesehatan dan pelaksanaan vaksinasi, terutama di daerah pedesaaan. Kematian pada campak sering kali disebabkan oleh komplikasi-komplikasinya, seperti pneumonia dan ensefalitis.
Cara yang paling efektif untuk mencegah dan memberantas penyakit campak yaitu vaksinisasi pada usia 9 bulan. Selain itu, pemberian vitamin A mempunyai efek pemeliharaan mukosa sistemp pernapasab dan pencernaan serta peningkatan daya tahan tubuh dan menurunkan angka kesakitan dan kematian penderita campak.
IV.2 SARAN
1. pemerintah dan orang tua harus merekomendasikan bahwa anak harus diberi vaksin MMR pada waktu yang tepat.
2, Harus lebih meningkatkan pengawasan terhadap wabah penyakit campak dan meningkatkan menajemen klinis kasus campak.
BAB V. DAFTAR PUSTAKA
- WHO dokumen tentang campak dan halaman CDC tentang campak
- Dit.Jen. PPM-PL Departemen Kesehatan bekerja sama dengan WHO. 2002. Pedoman Surveilans dan Respon KLB Campak. Jakarta.
- Kandun I N et al. Penelitian Kekebalan Bawaan dan Serokonversi setelah Vaksinasi Campak pada Bayi di Mojokerto. Laporan Seminar, 198
- Soegeng Soegijanto. Campak. Dalam : ed. Sumarno S. Poorwo Soedarmo, Herry Garna, Sri Rezeki S. Hadinegoro. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak, Infeksi & Penyakit Tropis. Edisi I. 2002. Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI : Jakarta. p 125-136.
- Herry Garna, Alex Chaerulfatah, Azhali MS, Djatnika Setiabudi,. Morbili (Campak, Rubeola, Measles). Dalam : ed. Herry Garna, Heda Melinda D. Nataprawira. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak. Edisi III. 2005. Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UNPAD : Bandung. p 234-236.
- Brooks, Geo F., Butel, Janet S., Morse Stephen A. Mikrobiologi Kedokteran. Edisi I. Terjemahan. 2005.Salemba Medika : Jakarta
- Richard E, Md. Behrman, dkk. 2003 . Nelson Textbook of pediatrics 17 edition. W B Saunders
- Anne gershon dkk.2003. Krugman’s Infectious Diseases of Children 11 edition. Mosby
Tidak ada komentar:
Posting Komentar