Welcome


Selasa, 08 November 2011

INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA)


                                                  
INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT
 


RESUME

ISPA adalah suatu penyakit yang banyak diderita oleh anak-anak, baik dinegara berkembang maupun dinegara maju yang juga merupakan masalah kesehatan yang penting karena menyebabkan kematian bayi dan balita yang cukup tinggi yaitu kira-kira 1 dari 4 kematian yang terjadi [2]. Episode penyakit batuk pilek pada balita di Indonesia diperkirakan 3-6 kali per tahun (rata-rata 4kali per tahun),artinya seorang balita rata-rata mendapatkan serangan batuk pilek sebanyak 3-6 kali setahun[8].ISPA sering disalah artikan sebagai infeksi saluran pernapasan atas. Akan tetapi secara klinis, ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernapasan Akut. ISPA meliputi saluran pernapasan bagian atas dan saluran pernapasan bagian bawah [3]. ISPA adalah infeksi saluran pernapasan yang berlangsung sampai 14 hari, pada organ pernapasan berupa hidung sampai gelembung paru, beserta organ-organ disekitarnya seperti : sinus, ruang telinga tengah dan selaput paru [6].
ISPA merupakan singkatan dari infeksi saluran pernafasan akut, istilah ini diadaptasi dari istilah dalam bahasa Inggris Acute Respiratory Infections (ARI) [2].Istilah ISPA meliputi tiga unsur yakni infeksi, saluran pernafasan dan akut, dengan pengertian sebagai berikut:
  • Infeksi adalah masuknya kuman atau mikroorganisma ke dalam tubuh manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit. [2,3]
  • Saluran pernafasan adalah organ mulai dari hidung hingga alveoli beserta organ adneksanya seperti sinus-sinus, rongga telinga tengah dan pleura. ISPA secara anatomis mencakup saluran pernafasan bagian atas, saluran pernafasan bagian bawah (termasuk jaringan paru-paru) dan organ adneksa saluran pernafasan. Dengan batasan ini, jaringan paru termasuk dalam saluran pernafasan (respiratory tract) [2,3].
  • Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari. Batas 14 hari diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa penyakit yang dapat digolongkan dalam ISPA proses ini dapat berlangsung lebih dari 14 hari [2,3].
Berdasarkan definisi-definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa ISPA adalah suatu keadaan dimana kuman penyakit berhasil menyerang alat-alat tubuh yang dipergunakan untuk bernafas yaitu mulai dari hidung, hulu kerongkongan[6], tenggorokan, batang tenggorokan sampai ke paru-paru, dan berlangsung tidak lebih dari 14 hari [2].


Penyakit ISPA dapat disebabkan oleh berbagai penyebab seperti bakteri, virus, mycoplasma, jamur dan lain-lain[3,8]. ISPA bagian atas umumnya disebabkan oleh Virus, sedangkan ISPA bagian bawah dapat disebabkan oleh bakteri , virus dan mycoplasma. ISPA bagian bawah yang disebabkan oleh bakteri umumnya mempunyai manifestasi klinis yang berat sehingga menimbulkan beberapa masalah dalam penanganannya[2].
Bakteri penyebab ISPA antara lain adalah dari genus streptcocus, Stapilococcus, Pneumococcus, Hemofillus, Bordetella dan Corinebacterium[8].Bakteri tersebut di udara bebas akan masuk dan menempel pada saluran pernafasan bagian atas yaitu tenggorokan dan hidung. Biasanya bakteri tersebut menyerang anak-anak yang kekebalan tubuhnya lemah misalnya saat perubahan musim panas ke musim hujan[2].Virus penyebab ISPA antara lain adalah golongan Miksovirus, Adenovirus,Influenza,Sitomegalovirus, Koronavirus, Pikornavirus, Mikoplasma, Herpesvirus dan lain-lain [3,8]. Untuk golongan virus penyebab ISPA antara lain golongan miksovirus (termasuk di dalamnya virus para-influensa, virus influensa, dan virus campak), dan adenovirus. Virus para-influensa merupakan penyebab terbesar dari sindroma batuk rejan, bronkiolitis dan penyakit demam saluran nafas bagian atas. Untuk virus influensa bukan penyebab terbesar terjadinya sindroma saluran pernafasan kecuali hanya epidemi-epidemi saja[2]. Pada bayi dan anak-anak, virus-virus influenza merupakan penyebab terjadinya lebih banyak penyakit saluran nafas bagian atas daripada saluran nafas bagian bawah. Secara etiologi, ISPA juga disebabkan oleh Jamur seperti Aspergillus sp.,Candida Albicans,Hitoplasma,dan lain-lain [3].


Berikut merupakan Tanda dan Gejala penyakit ISPA

1). Gejala ISPA ringan[2,3,6]
Seorang anak dinyatakan menderita ISPA ringan jika ditemukan gejala sebagai berikut :
a). Batuk.
b). Serak, yaitu anak bersuara parau pada waktu mengeluarkan suara (misalnya pada waktu berbicara atau menangis).
c). Pilek yaitu mengeluarkan lendir atau ingus dari hidung.
d). Panas atau demam, suhu badan lebih dari 37 derajat Celcius atau jika dahi anak diraba dengan punggung tangan terasa panas.
Jika anak menderita ISPA ringan maka perawatan cukup dilakukan di rumah tidak perlu dibawa ke dokter atau Puskesmas. Di rumah dapat diberi obat penurun panas yang dijual bebas di toko-toko atau Apotik tetapi jika dalam dua hari gejala belum hilang, anak harus segera di bawa ke dokter atau Puskesmas terdekat.


2). Gejala ISPA sedang[2,3,6]
Seorang anak dinyatakan menderita ISPA sedang jika di jumpai gejala ISPA ringan dengan disertai gejala sebagai berikut :
a). Pernapasan lebih dari 50 kali /menit pada anak umur kurang dari satu tahun atau lebih dari 40 kali/menit pada anak satu tahun atau lebih.
b). Suhu lebih dari 390C.
c). Tenggorokan berwarna merah.
d). Timbul bercak-bercak pada kulit menyerupai bercak campak
e). Telinga sakit atau mengeluarkan nanah dari lubang telinga.
f). Pernafasan berbunyi seperti mendengkur.
g). Pernafasan berbunyi seperti mencuit-cuit.
Dari gejala ISPA sedang ini, orangtua perlu hati-hati karena jika anak menderita ISPA ringan, sedangkan anak badan panas lebih dari 390C, gizinya kurang, umurnya empat bulan atau kurang maka anak tersebut menderita ISPA sedang dan harus mendapat pertolongan petugas kesehatan.


3). Gejala ISPA berat[2,3,6]
Seorang anak dinyatakan menderita ISPA berat jika ada gejala ISPA ringan atau sedang disertai satu atau lebih gejala sebagai berikut:
a). Bibir atau kulit membiru
b). Lubang hidung kembang kempis (dengan cukup lebar) pada waktu bernapas
c). Anak tidak sadar atau kesadarannya menurun
d). Pernafasan berbunyi mengorok dan anak tampak gelisah
e). Pernafasan menciut dan anak tampak gelisah
f). Sela iga tertarik ke dalam pada waktu bernapas
g). Nadi cepat lebih dari 60 x/menit atau tidak teraba
h). Tenggorokan berwarna merah
Pasien ISPA berat harus dirawat di rumah sakit atau puskesmas karena perlu mendapat perawatan dengan peralatan khusus seperti oksigen dan infus.


Cara penularan penyakit ISPA

Bibit penyakit ISPA berupa jasad renik ditularkan melalui udara.Jasad renik yang berada diudara akan masuk ke dalam tubuh melalui saluran pernafasan dan menimbulkan infeksi,penyakit ISPA dapat pula berasal dari penderita yang kebetulan mengandung bibit penyakit,baik yang sedang jatuh sakit maupun karier.Jika jasad renik berasal dari tubuh manusia maka umumnya dikeluarkan melalui sekresi saluran pernafasan dapat berupa saliva dan sputum.Penularan juga dapat terjadi melalui kontak langsung/tidak langsung  dari benda yang telah dicemari jasad renik(hand to hand transmission). ISPA ditularkan lewat udara.  Pada saat orang terinfeksi batuk, bersin atau bernafas, bakteri atau zat virus yang menyebabkan ISPA dapat ditularkan pada orang lain (orang lain menghirup kuman tersebut)[2,6].

Ada faktor tertentu yang dapat memudahkan penularan:

·         Kuman (bakteria dan virus) yang menyebabkan ISPA mudah menular dalam rumah yang mempunyai kurang ventilasi (peredaran udara) dan ada banyak asap (baik asap rokok maupun asap api)[8].
·         Orang yang bersin/batuk tanpa menutup mulut dan hidung akan mudah menularkan kuman pada orang lain[2].
·         Kuman yang menyebabkan ISPA mudah menular dalam rumah yang ada banyak orang (mis. banyak orang yang tinggal di satu rumah kecil)[2].

BAB I
PENDAHULUAN
Di negara berkembang,penyakit pneumonia merupakan 25% penyumbang kematian pada anak,terutama pada bayi kurang dari dua bulan.Dari survey kesehatan rumah tangga (SKRT) tahun 1986 diketahi bahwa anka mobiditas pada bayi akibat pneumonia sebesar 42,4% dan pada balita sebesar 40,6%,sedangkan angka mortalitas pada bayi akibat pneumonia sebesar 24% dan pada balita sebesar 36% [8].
Hasil SKRT tahun 1992 menunjukkan bahwa angka mortalitaspada bayi akibat pennyakit ISPA menduduki urutan pertama (36%), dan angka mortalitas pada balita menduduki peringkat kedua (13%) [8].  
I.DATA KASUS PENYAKIT NASIONAL,SUMSEL DAN PALEMBANG
Tabel 6. [1]
Jumlah Kasus Penderita ISPA (Pneumonia) Kota Palembang
Tahun 2005-2009





NO



TAHUN

JUMLAH KASUS


% CAKUPAN

PNEUMONIA
NON

PNEUMONIA
1
2005
7.528
103.624
43,80
2
2006
7.735
104.330
48,28
3
2007
7.323
112.905
51,00
4
2008
7.006
116.707
48.40
5
2009
6.124
110.502
43,00




Gambar 8 [1]



Cakupan Penemuan Kasus ISPA
di Kota Palembang Tahun 2005-2009

 
Dari grafik diatas menunjukkan bahwa cakupan penemuan kasus ISPA tertinggi  tahun 2007 yaitu 51% dari target dan terendah tahun 2009 yaitu 43,00% dari  target (sumber data Bidang Pengendalian Masalah Kesehatan)[1].


                                     Tabel Cakupan Pneumonia di Provinsi Tahun 2007-2009[5]







II.URGENSI PENYAKIT
Penyebab utama kematian bayi di Indonesia salah satunya adalah penyakit ISPA.Kematian pada penyakit ISPA terjadi jika penyakit telah mencapai derajat yang lebih berat yaitu pneumonia dan pneumonia berat.Sering kali penyakit dimulai dengan batuk pilek biasa,tetapi karena daya tahan tubuh anak lemah maka penyakit dengan cepat menjalar ke paru-paru dan anak tidak mendapatkan pengobatan dengan cepat.Seringkali ISPA tidak menimbulkan kematian tetapi menimbulkan cacat tertentu[2].

BAB II
ISI
I.TRIAD EPIEMIOLOGI
A.AGENT
Proses  terjadinya  penyakit  disebabkan  adanya  interaksantara  agent  atau faktor penyebab penyakit, manusia sebagai pejamu atau host dan faktor lingkungan yan mendukun (environment).   Ketig faktor  tersebu dikenal  sebagai  trias penyebab penyakit [7].  Berat  ringannya penyakit  yandialami amat  ditentukan oleh sifat-  sifat  dari mikroorganisme sebagai  penyebab penyakit  seperti patogenitas, virulensi, antigenitas, dan infektivitas.Infeksi Saluran Pernafasan atas Akut  (ISPaA) seperti Faringitis dan Tonsilitis akut   dapat  disebabkan oleh karena infeksi  virus, bakteri ataupun jamur. Setengah dari infeksi ini disebabkan  oleh virus yakni virus influenza, parainfluenza, adeno virus, respiratory sincytial virus dan rhino virus[2,3].
 ADENOVIRUS



B.HOST
Umur
Umur mempunyai pengaruh yang cukup besar untuk terjadinya ISPA. Oleh sebab  it kejadian  ISPA  pada  bayi  dan  anak  balita  akan  lebih  tinggi  jika dibandingkan  dengan  orang  dewasa.  Kejadian  ISPA  pada  bayi  dan  balita  akan memberikan gambaran klinik yang  lebih berat dan jelek, hal ini disebabkan karena ISPA pada bayi dan anak balita umumnya merupakan kejadian infeksi pertama serta belum  terbentuknya  secara  optimal  proses  kekebalan  secara  alamiah.  Sedangkan orang dewasa sudah banyak terjadi kekebalan alamiah yanlebih  optimal akibat pengalaman infeksi yang terjadi sebelumnya.Hasil  survei  kesehatan  Rumah  tangga  (SKRT)  tahun  1992  menunjukkan prevalensi ISPA untuk bayi 42,4% dan anak umur 1-4 tahun 40,6% sedangkan Case Spesific Death Rate (CSDR)  karena ISPA pada bayi 21% dan untuk anak 1-4 tahun 35%[3,6].

Jenis Kelamin
Berdasarkan  hasil  penelitian  dari  berbagai  negara  termsuk  Indonesia  dan berbagai  publikasi  ilmiah,  dilaporkan  berbagai  faktor  risiko  yang  meningkatkan insiden ISPA adalah anak dengan jenis kelamin laki-laki [3].

Status Gizi
Salah satu faktor yang mempengaruhi status gizi anak adalah makanan dan penyakit  infeksi  yang mungkin diderita oleh anak. Anak yang mendapat makanan baik  tetapi  sering  diserang  penyakit  infeksi  dapat  berpengaruh  terhadap  status gizinya. Begitu juga sebaliknya anak yang makanannya tidak cukup baik, daya tahan tubuhnya  pasti  lemah  dan  akhirny mempengaruhi  status  gizinya.  Gizi  kurang menghambat reaksi imunologis dan berhubungan  dengan tingginya prevalensi dan beratnya penyakit infeksi.Keadaan gizi yang buruk muncul sebagai faktor resiko yang penting untuk terjadinya penyakit infeksi[2,6]. Dalam keadaan gizi yang baik, tubuh mempunyai cukup kemampuan untuk mempertahankan diri terhadap infeksi. Jika keadaan gizi menjadi buruk maka reaksi kekebalan  tubuh  akan menurun yang berarti kemampuan tubuh mempertahankan diri terhadap serangan infeksi menjadi turun. Oleh karena itu, setiap bentuk  gangguan gizi sekalipun dengan gejala  defisiensi  yang  ringamerupakan pertanda awal dari terganggunya kekebalan tubuh terhadap penyakit infeksi [2,3,6]

Status Air Susu Ibu (ASI) Ekslusif
Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan yang paling cocok bagi bayi serta mempunyai nilai gizi yang paling tinggi dibandingkan dengan makanan yang dibuat manusia ataupun susu hewan seperti susu sapi .
Air Susu Ibu (ASI) Ekslusif berarti hanya memberikan ASI saja, tanpa tambahan makanan atau minuman apapun termasuk air (obat-obatan dan vitamin yang tidak dilarutkan dalam air mungkin dapat diberikan kalau dibutuhkan secara medis). Anak sampai usia enam bulan pertama hanya membutuhkan ASI Ekslusif menyediakan segala-galanya yang dibutuhkan anak usia ini , isapan anak menentukan kebutuhannya, oleh karenanya diberikan kesempatan sepenuhnya ia untuk dapat menghisap sepuasnya).. Bayi yang mendapat ASI Ekslusif lebih tahan terhadap ISPA (lebih jarang terserang ISPA), karena dalam air susu ibu terdapat zat anti terhadap kuman penyebab ISPA[2,3].

Status Imunisasi
Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit dengan memasukkan sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit yang sedang mewabah atau berbahaya bagi seseorang. Imunisasi berasal dari kata imun yang berarti kebal atau resisten. Imunisasi terhadap suatu penyakit hanya akan memberikan kekebalan atau resistensi pada penyakit itu saja, sehingga untuk terhindar dari penyakit lain diperlukan imunisasi lainnya.
Imunisasi biasanya lebih fokus diberikan kepada anak-anak karena sistem kekebalan tubuh mereka masih belum sebaik orang dewasa, sehingga rentan terhadap serangan penyakit berbahaya. Imunisasi tidak cukup hanya dilakukan satu kali, tetapi harus dilakukan secara bertahap dan lengkap terhadap berbagai penyakit yang sangat membahayakan kesehatan dan hidup anak[2,3,6].
Tujuan dari diberikannya suatu imunitas dari imunisasi adalah untuk mengurangi angka penderita suatu penyakit yang sangat membahayakan kesehatan bahkan bisa menyebabkan kematian pada penderitanya. Beberapa penyakit yang dapat dihindari dengan imunisasi yaitu seperti hepatitis B, campak, polio, difteri, tetanus, batuk rejan, gondongan, cacar air, TBC, dan lain sebagainya.
Infeksi ISPA adalah salah satu jenis penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi, penyakit yang tergolong ISPA yang dapat dicegah dengan imunisasi adalah difteri, batuk rejan dan campak[2,8].

Berat Badan Lahir
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) ditetapkan sebagai suatu berat lahir yang kurang dari  2500 gram.BBLR membawa akibat bagi bayi berupa : daya tahan terhadap  penyakit  infeksi  rendah,  pertumbuhan  dan  perkembangan  tubuh  lebih lamban, tingkat kematian lebih tinggi dibanding bayi yang lahir dengan berat badan cukup.
Bayi dengan BBLR  sering mengalami penyakit gangguan pernafasan, hal ini disebabkan oleh pertumbuhan dan pengembangan paru yang belum sempurna dan otot pernafasan yang masih lemah[3,8].
BBLR berisiko mengalami gangguan proses adaptasi pernapasan waktu lahir hingga dapat terjadi asfiksia, selain itu BBLR juga berisiko mengalami gangguan napas yakni bayi baru lahir yang bernafas cepat > 60 kali/menit, lambat < 30 kali/menit dapat disertai sianosis pada mulut, bibir, mata dengan/tanpa retraksi dinding dada/epigastrik serta merintih, dengan demikian BBLR sangat beresiko untuk terkena ISPA dibandingkan bayi bukan BBLR[2,3].

C.ENVIRONMENT

Kepadatan Hunian Ruang Tidur

Berdasarkan KepMenkes RI No.829 tahun 1999 tentang kesehatan perumahan menetapkan  bahwa luas ruang tidur minimal 8m2     dan tidak dianjurkan digunakan lebih dari dua orang tidur dalam satu ruang tidur, kecuali anak dibawah umur 5 tahun. Banguna yan sempi da tida sesua denga jumla penghuniny akan mempunyai  dampak  kurangnya  oksigen  didalam  ruangan  sehingga  daya  tahan penghuninya menurun, kemudian cepat timbulnya penyakit saluran pernafasan seperti ISPA. 
Kepadatan di dalam kamar terutama kamar balita yang tidak sesuai dengan standar akan meningkatkan suhu ruangan yang disebabkan oleh pengeluaran panas badan yang akan meningkatkan kelembaban akibat uap air dari pernapasan tersebut. Dengan demikian, semakin  banyak jumlah penghuni ruangan tidur  maka semakin cepat udara ruangan mengalami pencemaran  gas atau bakteri. Dengan banyaknya penghuni, maka kadar oksigen dalam ruangan menurun dan diikuti oleh peningkatan CO2  ruangan dan dampak peningkatan CO2  ruangan adalah penurunan kualitas udara dalam ruangan.Artinya balita yang tinggal dalam rumah dengan padat  penghuni merupaka faktor resiko untuk  terjadinya ISPA[2,3,6].

 Penggunaan Anti Nyamuk Bakar

Penggunaaanti nyamuk  sebagai alat  untuk  menghindari gigitan  nyamuk dapat menyebabkan gangguan saluran pernafasan karena menghasilkan asap dan bau tidak  sedap Adany pencemaran  udara  di  lingkungan  rumah  akan  merusak mekanisme  pertahanan  paru-par sehingga  mempermudah  timbulnya  gangguan pernafasan.
Artinya balita yang tinggal dalam rumah yanmenggunakan obat  nyamuk  bakar merupakan  faktor resiko untuk terjadinya ISPA[2,3,6].

Bahan Bakar Untuk Memasak

ISPA merupakan penyakit yang paling banyak di derita anak-anak. Salah satu penyeba ISP adalah  pencemaran  kualitas  udara  di  dalam  ruangan  seperti pembakaran bahan bakar yang digunakan untuk memasak dan asap rokok. Artiny balita yang  dirumahnya menggunakan  bahabakar  minyatanah/kayu  bakar  berpeluang  menderita ISPA sebesar        2,24     kali      lebih banyak   dibanding dengan balita yang dirumahnya menggunakan bahan bakar gas[2,3,6].

 Keberadaan Perokok

Rokok bukan hanya masalah perokok aktif tetapi juga perokok pasif. Asap rokok terdiri dari 4.000 bahan kimia, 200 diantaranya merupakan racun antara lain Carbon Monoksida (CO), Polycyclic Aromatic Hidrocarbons (PAHs) dan lain-lain[2,3,6].
Tingginya prevalensi perokok  pasif pada balita dan umur muda disebabkan karena mereka masih tinggal serumah dengan orangtua  ataupun saudaranya yang merokok dalam rumah.Balita yang perokok pasif inilah yang lebih rentan terkena ISPA.



II.RIWAYAT ALAMIAH PENYAKIT

Kasifikasi ISPA dapat diketahui menurut [2,3] :

a. Lokasi Anatomik
Penyakit ISPA dapat dibagi dua berdasarkan lokasi anatominya, yaitu : ISPA atas akut dan ISPA bawah akut.ISPA atas akut adalah infeksi yang menyerang hidung sampai bagian faring seperti batuk pilek (common cold), Pharingitis, Tonsilitis, Otitis, Ffluselesmas, radang tenggorok, Sinusitis dan lain-lain yang relatif tidak berbahaya.ISPA atas akut digolongkan kedalam penyakit bukan pneumonia.ISPA bawah akut adalah infeksi yang menyerang bagian epiglotis atau laring sampai dengan alveoli,dinamakan sesuai dengan organ saluran nafas,contohnya  Epiglotitis,Laringitis,Laryngotrachetis,Bronchits,Bronchiolitis dan pneumonia yang sangat berbahaya karena dapat menyebabkan kematian.

b. Golongan Umur

1) Kelompok umur kurang dari 2 bulan, dibagi atas : pneumonia berat dan bukan pneumonia. Pneumonia berat ditandai dengan adanya napas cepat (Fast breathing), yaitu frekuensi pernapasan sebanyak 60 kali permenit atau lebih, atau adanya tarikan kuat pada dinding dada bagian bawah ke dalam (Severe chest indrawing), sedangkan bukan pneumonia bila tidak ditemukan tarikan dinding dada bagian bawah dan tidak ada nafas cepat.
2) Kelompok umur 2 bulan sampai kurang dari 5 tahun dibagi atas : pnemonia berat, pnemonia dan bukan pnemonia. Pneumonia berat, bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam pada waktu anak menarik napas. Pneumonia didasarkan pada adanya batuk dan atau kesukaran bernapas disertai adanya napas cepat sesuai umur, yaitu 40 kali permenit atau lebih. Bukan pneumonia, bila tidak ditemukan tarikan dinding dada bagian bawah dan tidak ada napas cepat [2,6].

     c.Klasifikasi ISPA yang Tercantum Pada DTD (Daftar Tabulasi Dasar)
Dalam DTD yang disusun berdasarkan ICD (International Classification of Disease) dan dipakai pada penyusunan laporan data kesakitan dari Puskesmas maupun Rumah Sakit, ISPA belum disusun dalam satu kelompok penyakit. Diagnosis ISPA dalam daftar tersebut merupakan gabungan dari klasifikasi anatomik dan etiologi, antara lain: difteria, batuk rejan, radang tenggorok Streptokok, campak, tonsilitis akut, laringitis dan trakeitis akut, pneumonia, influenza[3].

A.MASA INKUBASI DAN KLINIS
Masa inkubasi penyakit ISPA yaitu 1 sampai dengan !4 hari.Gambaran klinik ISPA adalah pilek,nyeri tenggorokan,batuk-batuk dengan dahak kering,mata merah dengan suhu badan meningkat  antara 4-7hari lamanya[3].

III.PENCEGAHAN

Pencgahan Tngkat Pertama

Ditujukan kepada orang sehat dengan usaha peningkatan derajat kesehatan (health promotion) dan pencegahan khusus (specific prevention),diantaranya:
a.Penyuluhan
Penyuluhan dilakukan oleh tenaga ksehatan dimana kegiatan in diharapkan dapat mengubah sikap dan perilaku masyarakat terhadap hal-hal yang dapat meningkatkan faktor resiko terjadinya ISPA.kegiztzn penyuluhzn ini dapat berupa penyuluhan penyakit ISPA,penyuuhan ASI eksklusif,penyuluhan gizi seimbang paa ibu dan anak,penyuluhan kesehatan lingkungan,penyuluhan bahaya rokok[3].
b.Imunisasi
Mengusahakan kekebalan anak dengan imunisasi agar anak memperoleh kekebalan dalam tubuhnya anak perlu mendapatkan imunisasi yaitu DPT. Imunisasi DPT salah satunya dimaksudkan untuk mencegah penyakit Pertusis yang salah satu gejalanya adalah infeksi saluran nafas[6].
c.Mengusahakan agar anak mempunyai gizi yang baik[2,3,6]
·         Bayi harus disusui sampai usia dua tahun karena ASI adalah makanan yang paling   baik untuk bayi.
·         Beri bayi makanan padat sesuai dengan umurnya.
·         Pada bayi dan anak, makanan harus mengandung gizi cukup yaitu mengandung cukup protein (zat putih telur), karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral.
·         Makanan yang bergizi tidak berarti makanan yang mahal. Protein misalnya dapat di peroleh dari tempe dan tahu, karbohidrat dari nasi atau jagung, lemak dari kelapa atau minyak sedangkan vitamin dan mineral dari sayuran,dan buah-buahan.
·         Bayi dan balita hendaknya secara teratur ditimbang untuk mengetahui apakah beratnya sesuai dengan umurnya dan perlu diperiksa apakah ada penyakit yang menghambat pertumbuhan.
d.Program KIA yang menangani kesehatan ibu dan bayi berat badan lahir rendah[8]
e.Program penyehatan lingkungan pemukiman (PLP) yang menangani masalah polusi baik di dalam maupun di luar rumah. Perilaku hidup bersih dan sehat merupakan modal utama bagi pencegahan penyakit ISPA, sebaliknya perilaku yang tidak mencerminkan hidup sehat akan menimbulkan berbagai penyakit. Perilaku ini dapat dilakukan melalui upaya memperhatikan rumah sehat, desa sehat dan lingkungan sehat[6].


Pencegahan Tingkat Kedua
Dalam penanggulangan ISPA dilakukan dengan upaya pengobatan dan diagnosis sedini mungkin.Adapunbeberapa hal yang perlu dilakkan ibu untuk mengatasi anaknya yang menderita ISPA adalah :
a.Mengatasi panas(demam)
Untuk balita , demam diatasi dengan memberikan parasetamol atau dengan kompres dengn mengunakan air bersih.
b.Pemberian makanan dan minuman
Memberikan makanan yang cukup tinggi gizi dan memberikan ASI,Usahakan memberikan cairan (air putih /air biasa)lebih banyak dari biasanya[2,3,6].

Pencegahan Tingkat Ketiga
Tingkat Pencegahan ini ditujukan kepada balita yang buka pneumonia agar tidak menjadi lebih parah (pneumonia)dan mengakibatkan kecacatan dan berakhir kematian.Upaya yang dapat dilakukan pada pencegahan penyakit bukan pneumonia pada bayi dan balita yaitu perhatikan apabila timbul gejala pneumonia seperti nafas menjadi sesak,anak tidak mampu minum,dan sakit bertambah menjadi parah,agar tidak menjadi parh bwalah anak kembali ke petugas kesehatan dan melakukan perawatan spesifik dirumah dengan memberikan asuppam gizi dan lebih sering memberikan ASI[3].


IV.PENGOBATAN
Pengobatan dan Perawatan ISPA Ringan
Pengobatan dan perawatan penderita ISPA ringan dilakukan di rumah. Jika anak menderita ISPA ringan maka yang harus dilakukan adalah hal-hal sebagai berikut[2,3] :

A. Demam

1) Bila demam dilakukan kompres.
Cara mengompres adalah sebagai berikut :
a.Ambillah secarik kain yang bersih (saputangan atau handuk kecil).
b. Basahi atau rendam kain tersebut dalam air dingin yang bersih atau rendam kain tersebut dalam air dingin yang bersih atau air es, kemudian peras.
c. Letakkan kain di atas kepada atau dahi anak tapi jangan menutupi muka.
d. Jika kain sudah tidak dingin lagi basahi lagi dengan air, kemudian peras lalu letakkan lagi di atas dahi anak.
e. Demikian seterusnya sampai demam berkurang..
2) Berikan obat penurun panas dari golongan parasetamol[2,3]
Untuk anak usia 2 bulan samapi 5 tahun demam diatasi dengan memberikan parasetamol atau dengan kompres, bayi dibawah 2 bulan dengan demam harus segera dirujuk. Parasetamol diberikan 4 kali tiap 6 jam untuk waktu 2 hari. Cara pemberiannya, tablet dibagi sesuai dengan dosisnya, kemudian digerus dan diminumkan
B. Pilek [3]
Jika anak tersumbat hidungnya oleh ingus maka usahakanlah membersihkan hidung yang tersumbat tersebut agar anak dapat bernafas dengan lancar. Membersihkan ingus harus hati-hati agar tidak melukai hidung.
C. Batuk [3]
Dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu ramuan tradisional yaitu jeruk nipis ½ sendok teh dicampur dengan kecap atau madu ½ sendok teh , diberikan tiga kali sehari.
D. Hal-hal lain yang perlu diperhatikan [2,3,6] :
a.Suruhlah anak beristirahat atau barbaring di tempat tidur
b.Berikan cukup minum tapi jangan berikan air es atau minuman yang mengandung es.Dapat diberikan teh manis, air buah atau pada bayi dapat diberikan air susu ibu.
c. Berikan makanan yang cukup dan bergizi [8]
d.Anak jangan dibiarkan terkena hawa dingin atau hawa panas. Pakaian yang ringan hendaknya dikenakan pada anak tersebut.
e.Hindarkanlah orang merokok dekat anak yang sakit dan hindarkan asap dapur atau asap lainnya mengenai anak yang sakit.
f.Perhatikan apakah ada tanda-tanda ISPA sedang atau ISPA berat yang memerlukan bantuan khusus petugas kesehatan.
.
Pengobatan  pada ISPA
a.Pneumonia berat : dirawat di rumah sakit, diberikan antibiotik melalui jalur infus , di beri oksigen dan sebagainya[3,6].
b.Pneumonia: diberi obat antibiotik melaui mulut. Pilihan obatnya Kotrimoksasol, jika terjadi alergi / tidak cocok dapat diberikan Amoksilin, Penisilin, Ampisilin[3,8]
c.Bukan pneumonia: tanpa pemberian obat antibiotik. Diberikan perawatan di rumah, untuk batuk dapat digunakan obat batuk tradisional atau obat batuk lain yang tidak mengandung zat yang merugikan. Bila demam diberikan obat penurun panas yaitu parasetamol. Penderita dengan gejala batuk pilek bila pada pemeriksaan tenggorokan didapat adanya bercak nanah disertai pembesaran kelenjar getah bening dileher, dianggap sebagai radang tenggorokan oleh kuman streptococcuss dan harus diberi antibiotik selama 10 hari[3,6].

BAB III
PENUTUP

I.KESIMPULAN
Penyakit ISPA adalah  salah satu penyakit yang banyak di derita bayi dan anak-anak,penyebab kematian dari ISPA yang terbanyak karena pneumonia[8].Klasifikasi penyakit ISPA tergantung kepada pemeriksaan dan tanda-tanda bahaya yang diperlihatkan penderita[2].Dalam pencegahan ISPA di perlukan kerjasama semua pihak , yaitu peran serta masyarakat terutama ibu-ibu , dokter , paramedis dan kader kesehatan untuk menunjang keberhasilan menurunkan angka kematian dan angka kesakitan sesuai dengan harapan pembangunan nasional[2,3]
II.SARAN
Karena yang terbanyak penyebab kematian dari ISPA adalah karena pneumonia,maka diharapkan penyakit  saluran pernapasan penanganannya dapat diprioritaskan.Disamping itu penyuluhan kepada ibu-ibu tentang penyakit ISPA perlu ditingkatkan dan dilaksanakan secara berkesinambungan,serta pencegahan dan pemberantasan penyakit ISPA yang sudah dilakukan sekarang ini perlu ditingkatkan lagi[3,6].

GAMBAR PENDUKUNG




REFERENCE
3. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20483/4/Chapter%20II.pdf
5.http://www.depkes.go.id/downloads/publikasi/buletin/BULETIN%20PNEUMONIA.pdf
 6.Ririn,Yusnabeti,Jurnal MAKARA KESEHATAN,VOL 14,No.1 Juni 2010:25-30
7.Sugeng,Ucke,2008,Virologi manusia jilid 1.PT Alumni;Bandung

8.Widoyono,2005,Penyakit Tropis (Epidemiologi,Penularan,Pencegahan,& Pemberantasannya).Erlangga;Jakarta

1 komentar: