Welcome


Senin, 07 November 2011

ANTHRAKS

Posted by : RISTA AGUSTIN
NIM 10101001043
RESUME
Anthrax adalah penyakit yang mengancam kehidupan infeksi yang biasanya
mempengaruhi hewan, khususnya ruminansia (seperti kambing, sapi, domba, dan
kuda). Dan merupakan penyakit menular mematikan yang disebabkan oleh bakteri
pembentuk spora yang disebut Bacillus anthracis. Antraks yang
juga dikenal dengan nama splenic fever (radang limpa) ini memiliki masa inkubasi yang tidak terlalu lama atau relatif singkat yaitu 1 – 5 hari. Antraks dapat ditularkan ke manusia melalui kontak dengan hewan yang terinfeksi atau produk mereka, Anthrax
tidak menyebar dari orang ke orang.
Agen dari antraks adalah bakteri yang disebut Bacillus anthracis yang bersifat Gram-positif dan aerobik yang berukuran panjang 1-9
mikrometer. Sementara
peneliti lain menemukan basil Anthrax, itu adalah seorang dokter Jerman dan
ilmuwan, Dr Robert Koch, yang membuktikan bahwa bakteri antraks adalah penyebab
penyakit yang mempengaruhi hewan ternak di masyarakat. Di bawah mikroskop,
bakteri terlihat seperti batang yang besar. Namun, dalam tanah, di mana mereka
tinggal, organisme antraks ada dalam bentuk aktif yang disebut spora. Spora ini
sangat kuat dan sulit untuk dihancurkan. Spora telah dikenal untuk bertahan
hidup di tanah selama 48 tahun.
Antraks dapat menginfeksi manusia dalam tiga cara. Yang paling umum adalah
infeksi melalui kulit, yang menyebabkan sakit jelek yang biasanya hilang tanpa
pengobatan. Manusia dan hewan dapat menelan antraks dari bangkai hewan mati
yang telah terkontaminasi anthrax. Menelan antraks dapat menyebabkan serius,
penyakit fatal. Bentuk yang paling mematikan adalah anthrax inhalasi. Jika
spora antraks yang terhirup, mereka bermigrasi ke kelenjar getah bening di dada
di mana mereka berkembang biak, menyebar, dan menghasilkan racun yang sering
menyebabkan kematian. Ada tiga bentuk penyakit yang disebabkan oleh antraks: kutaneus (kulit) antraks, anthrax inhalasi, dan gastrointestinal (usus) antraks.
Gejala pertama halus, bertahap dan seperti flu (influenza). Dalam beberapa
hari, namun, penyakit memburuk dan mungkin ada gangguan pernapasan parah.
Shock, koma, dan kematian ikuti. Anthrax inhalasi tidak menyebabkan radang
paru-paru yang benar. Bahkan, spora dijemput di paru-paru oleh sel-sel pemulung
yang disebut makrofag. Sebagian besar spora dibunuh. Sayangnya, beberapa
bertahan dan diangkut ke kelenjar di dada yang disebut kelenjar getah bening.
Di kelenjar getah bening, spora yang bertahan hidup berkembang biak,
menghasilkan racun yang mematikan, dan menyebar ke seluruh tubuh. Perdarahan
parah dan kematian jaringan (nekrosis) terjadi dalam kelenjar getah bening di
dada. Dari sana, penyakit ini menyebar ke paru-paru yang berdekatan dan seluruh
tubuh. Anthrax inhalasi adalah penyakit yang sangat serius, dan sayangnya,
kebanyakan individu yang terkena akan mati bahkan jika mereka mendapatkan
antibiotik yang tepat.

BAB I
PENDAHULUAN
 Data Kasus
Sejak pertama kali kejadian antraks pada ternak kerbau dilaporkan tahun 1884 di wilayah Teluk Betung Propinsi Lampung, negeri ini tidak pernah luput dari serangan penyakit tersebut hampir di seluruh wilayah. Sampai saat ini tercatat 22 propinsi pernah mengalami kejadian antraks di sejumlah kabupaten tertentu.
Tentunya tidak mengherankan mengingat antraks adalah penyakit yang bersifat universal. Seluruh wilayah dunia mulai dari negara yang beriklim dingin, subtropis maupun tropis, dan juga mulai dari negara yang berpendapatan rendah, negara sedang berkembang bahkan negara maju pernah mengalami antraks. Kuman antraks dapat hidup dimana-mana, kecuali di wilayah dekat kutub utara dan selatan.
Data kasus antraks baik pada hewan (data Departemen Pertanian) maupun pada manusia (data Departemen Kesehatan) terutama sejak tahun 1965–2004 menunjukkan bahwa ada empat propinsi yang dapat dinyatakan sebagai daerah endemis antraks, di mana penyakit terjadi secara berulang dalam selang waktu tertentu. Keempat provinsi tersebut adalah Jawa Barat, Jawa Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB), dan Nusa Tenggara Timur (NTT).
Pada tahun 2003, kasus antraks pada hewan tercatat di Kabupaten dan Kota Bogor (Jawa Barat), Kabupaten Sleman (Daerah Istimewa Yogyakarta), Kabupaten Bima (NTB), dan Kabupaten Sikka (NTT). Dengan demikian, sangatlah perlu bagi masyarakat petani yang tinggal di daerah endemis antraks untuk memperhatikan cara-cara berternak yang baik (good husbandry practices) untuk mencegah berjangkitnya antraks kembali.
Pada tahun 2005 telah terjadi kasus antraks di Desa Citaringgul, Kecamatan Babakan Madang, Kabupaten Bogor yang menjadi berita nasional dan bahkan mendapat perhatian besar dari Presiden Republik Indonesia. Kematian manusia akibat antraks di Indonesia memang bukan terjadi kali ini saja, tetapi khusus kasus antraks di Desa Citaringgul ini mendapatkan peliputan media massa cetak dan elektronik yang cukup luas. Pertama karena jumlah orang yang mati akibat makan daging kambing sakit cukup banyak (enam orang), kedua kasusnya terjadi di lokasi yang sangat dekat dengan ibu kota republik, dan ketiga isu tentang antraks berulang kali muncul menjelang Lebaran.
Baru baru ini pada bulan januari dan Mei 2011 di Boyolali dan Sragen ditemukan sapi yang mati karena antraks dan menimbulkan penularan ke manusia, sehingga Boyolali dan Sragen saat itu dinyatakan KLB (Kejadian Luar Biasa).
Kronologisnya dimulai pada tanggal 13 januari 2011 di Dukuh Karangmojo, Desa Tangkisan, Kecamatan Klego, Kabupaten Boyolali didapatkan satu sapi milik salah satu warga yang mendadak jatuh dan kemudian kejang, dari pemilik sapi diputuskan untuk menyembelih dan dijual ke warga sebanyak 40 bungkus. Kemudian pada tanggal 19 januari 2011 didapatkan 6 warga yang mengeluh gatal, bengkak dan adanya lesi basah dan eschar di daerah bawah mata, tangan, tungkai kaki. Setelah di rujuk ke RS dr. Moewardi dan dinyatakan positif antraks. Lalu sampel daging dan darah sapi diperiksa di Labkesda Propinsi dan dinyatakan positif antraks.

BAB II
PEMBAHASAN
a. Triad Epidemiologi
1. Agent

Pada penyakit antraks agent utamanya yaitu bakteri Bacillus anthracis. Bacillus anthracis adalah organisme berbentuk batang yang sifatnya aerobik, gram positif, tidak bergerak, dan mampu membentuk spora . Dalam kondisi tidak kondusif untuk tumbuh dan memperbanyak diri, maka kuman akan mulai membentuk spora. Untuk pembentukan spora diperlukan keberadaan oksigen bebas. Dalam situasi alamiah, siklus vegetatif terjadi dalam lingkungan rendah oksigen dari induk semang terinfeksi, dan dalam tubuh induk semang organisme tersebut secara khas berada dalam bentuk vegetatif. Begitu berada di luar tubuh induk semang, spora mulai terbentuk dengan terdedahnya bentuk vegetatif terhadap udara. Bentuk spora esensialnya adalah fase eksklusif di lingkungan.
Meskipun belum pernah diteliti di Indonesia, lalat dianggap mempunyai peran penting dalam menyebarkan antraks secara mekanis terutama pada situasi wabah hebat di daerah endemis. Kebanyakan lalat pengigit (biting flies) dari spesies Hippobosca dan Tabanus bertindak sebagai penular yang bertanggung jawab terhadap terjadinya perluasan wabah besar di Zimbabwe pada 1978-1979, dimana lalat meloncat dari satu komunitas ternak ke komunitas lainnya. Lalat makan cairan tubuh bangkai ternak terjangkit antraks dan kemudian mendepositkan feses atau muntahan yang mengandung kontaminan kuman dalam jumlah besar pada helai daun pepohonan dan semak-semak di sekitarnya.

2. Host
Dalam hal ini yang menjadi host pada penyakit antraks yaitu manusia dan hewan ternak itu sendiri. Manusia yang terkena penyakit antraks ditularkan melaui Kontak langsung dengan hewan sakit, Menghirup spora dari hewan yang sakit, spora antraks yang ada di tanah/rumput dan lingkungan yang tercemar spora antraks maupun bahan-bahan yang berasal dari hewan yang sakit, seperti kulit, daging, tulang, dan darah., Mengkonsumsi daging hewan yang sakit/mati dan produknya karena antraks dan Pernah dilaporkan melalui gigitan serangga Afrika yang telah memakan bangkai hewan yang tertular kuman Antraks, serta Penularan dari manusia ke manusia jarang terjadi.


3. Lingkungan
Lingkungan yang kemungkinan penyebaran penyakita ntraks lebih cepat yaitu pada daerah peternakan dan pada iklim kering dan cuaca panas. Dalam hal ini, iklim kemungkinan mempengaruhi secara langsung maupun tidak langsung cara bagaimana ternak kontak dengan spora antraks. Sebagai contoh, selama periode kering ternak merumput lebih dekat dengan tanah oleh karena kebanyakan tanaman atau vegetasi menjadi layu dan juga meranggas, sehingga membuka lebih besar kemungkinan spora antraks tertelan oleh ternak. Begitu juga pola perilaku musim meningkatkan kemungkinan pendedahan terhadap spora antraks. Terjadinya wabah antraks dilaporkan seringkali didahului dengan perubahan ekologi atau iklim yang jelas, seperti banjir atau hujan yang diikuti dengan kekeringan.

b. Transmisi Penyakit
Manusia tertular antraks baik secara langsung maupun tidak langsung. Tiga modus penularan antraks ke manusia yang umum diketahui sejak lama yaitu melalui kulit, melalui pencernaan, dan melalui pernafasan. Antraks kulit (antraks kutaneus) biasanya menjangkiti orang yang melakukan penjagalan, pengulitan atau pembedahan karkas terinfeksi atau juga penanganan kulit, wol atau bulu hewan yang terkontaminasi spora antraks. Umumnya penyakit terjadi setelah kuman atau spora masuk ke jaringan kulit melalui luka lecet/luka tergores. Dimulai dengan lepuh kecil, kemudian secara cepat membentuk bisul bernanah dan setelah itu menjadi koreng berwarna hitam (black scab).

Antraks pencernaan atau antraks lambung (antraks gatro-intestinal) biasanya ditularkan akibat kuman atau spora yang tertelan lewat mulut. Biasanya akibat makan daging terinfeksi yang tidak dimasak secara matang dari ternak lokal atau satwa liar. Penularan dari ternak lokal umum terjadi di negara-negara berkembang (termasuk Indonesia) dimana tidak dilakukan pemeriksaan daging atau vaksinasi ternak sesuai dengan kaidah kesehatan masyarakat veteriner dan kesehatan hewan yang benar.

Antraks pernafasan (antraks pulmonal) akibat terhirupnya spora antraks yang sangat kecil sekali, dengan diameter 1-5 mikron. Biasanya kasus ditemukan pada para pekerja pabrik wol, akan tetapi dari statistik antraks di dunia pernah juga tercatat menyerang seorang pemain bola, seorang pekerja konstruksi yang menangani kain wol terkontaminasi, seorang perempuan yang memainkan alat musik bongo terbuat dari kulit ternak terinfeksi, dan seorang perempuan lain yang tinggal dekat dengan pabrik penyamakan kulit. Namun demikian, tingkat kejadian antraks pernafasan di negara-negara industri tetap rendah dan tidak dianggap sebagai masalah kesehatan masyarakat.

Pada manusia, angka fatalitas kasus (case fatality rate) dari antraks kulit biasanya hanya 20% apabila tidak diobati. Sedangkan pada antraks pencernaan berkisar antara 25-75%, dan antraks pernafasan biasanya sangat fatal (100%).

c. Riwayat Ilmiah Penyakit
1. Masa inkubasi
Masa inkubasi (masa antara kontak dengan anthrax dan awal gejala) mungkin
relatif singkat, dari satu sampai lima hari. Seperti penyakit menular lainnya,
periode inkubasi untuk antraks cukup bervariasi dan mungkin minggu sebelum
seorang individu yang terinfeksi merasa sakit.

2. Masa klinis
Pada umumnya masa klinis penyakit Antraks adalah sebagai berikut
Pada pernafasan diawali dengan panas, menggigil dan mialgia dengan nyeri dada pada 3-5 hari setelah menginhalasi spora antraks. Setelah 1-2 hari berikutnya pasien memburuk menjadi panas tinggi, sesak nafas hebat, sianosis (badan biru), sakit dada yang terasa “remuk” dan syok.

Pada Kulit, lesi dimulai dengan hilangnya rasa sakit, kadang-kadang berupa papula pruritus yang sedang (pada umumnya mengenai daerah lengan, leher atau wajah) dan meluas menjadi lesi vesiculer yang dikelilingi oleh lesi disekitarnya. “Gelatinnous halo” mengelilingi vesikel yang akan berkembang menjadi ulkus (luka) dan eschar hitam dengan cepatnya berkembang diatas ulkus. Sedangkan, gejala antraks tipe kulit ialah bisul merah kecil yang nyeri. Kemudian lesi tadi membesar, menjadi borok, pecah dan menjadi sebuah luka. Jaringan disekitarnya membengkak dan lesi gatal tetapi agak terasa sakit.
Beberapa gejala-gejala antraks tipe pencernaan adalah mual, pusing, muntah, tidak nafsu makan, suhu badan meningkat, muntah berwarna coklat atau merah, buang air besar berwarna hitam, sakit perut yang sangat hebat (melilit). Daging yang terkena antraks mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: berwarna hitam, berlendir dan berbau.

Sedangkan secara spesifik Gejala klinis penyakit Antraks dibedakan berdasarkan tipe penyakit Antraks :
1. Tipe kulit (cutaneous Antrax)
o mula-mula terjadi papel, desertai gatal-gatal dan rasa sakit
o 2-3 hari kemudian menjadi vesikel yang berisi cairan kemerahan
o kemudian haemorrhagic dan menjadi jaringan nekrotik yang berbentuk ulcus dengan kerak berwarna hitam ditengah dan kering yang disebut eschar (tanda patognomonik anthax)
o diikuti oleh bentuk vesikel disekitarnya
o disekitar ulcus sering didapati erytema dan edema
o pada perabaan edema tersebut tidak lunak dan tidak lekuk (non pitting) bila ditekan
2. Tipe pencernaan (Gastro Intestinal Anthrax)
o bersifat perakut atau akut
o Gejala awal rasa sakit perut yang hebat, mual, muntah, tidak nafsu makan dan suhu tubuh meningkat
o Konstipasi diikuti diarhe akut berdarah
o Hematemesis
o Toxemia
o Shock dan meninggal biasanya kurang dari 2 hari
o CFR bervariasi 5-75%
o Tipe ini umumnya terjadi karena memakan daging yang tidak dimasak dengan sempurna
3. Tipe Pernapasan (Pulmonary Anthrax)
o sangat jarang terjadi biasanya akibat dari perluasan antraks tipe kulit atau karena menghirup udara yang mengandung spora antraks
o gejala awal ringan dan spesifik
o dimulai dengan lemah, lesu, subfebril, batuk non produktif (seperti tanda-tanda bronchitis)
o kemudian mendadak dispnoe, sianosis, stridor dan gangguan respirasi berat
o shock, meninggal biasanya dalam waktu 24 jam
4. Tipe Radang Otak (meningitis anthrax)
o umumnya merupakan komplikasi antraks tipe pulmonal, intestinal atau cutaneus yang kemudian melalui aliran darah tiba pada jaringan otak sehingga menimbulkan peradangan
o Demam, sakit kepala hebat, kejang, kesadaran menurun, kaku kuduk
o Muntah
o Diakhiri dengan koma
o Liquor cerebro spinalis (LCS) berwarna keruh kuning kemerahan
Masa klinis juga bisa didentifikasi melalu pemeriksaan di labolatorium untuk memastikan positif tertular penyakit antraks Laboratorium
Diagnosis secara laboratorium dilakukan dengan berbagai metode/uji :
a. Mikroskopis, dengan pewarnaan metilen blue polichromatic, gram atau wright
b. Kultural bakteriologik pada media agar darah dan kaldu protein
c. Uji ascoli
d. Identifikasi B.antracis dengan media gula-gula
e. Uji biologik menggunakan hewan percobaan
f. Uji serologi dengan PCR (Polymerasi Chain Reaction) dan ELISA (Enzyme Linked Immunosorbent Assay)
Sampel yang diambil untuk pemeriksaan aboratorium tersebut diatas adalah serum darah vena, swab darah vena, usap ulcus swab, dahak dan tanah tempat hewan mati dikubur.


3. Masa laten dan periode infeksi
a. Pada tipe kulit :
1. rasa nyeri jarang terjadi kalaupun ada justru di daerah edema
2. tidak didapatkan pus kecuali bila diikuti dengan infeksi sekunder
3. dapat terjadi pembesaran kelenjar getah bening regional
4. demam sedang dan sakit kepala
5. bila tidak segera mendapat pengobatan dapat berkembang menjadi septicemia dan shock
b. Tipe pencernaan (Gastro Intestinal Anthrax)
1. Konstipasi diikuti diarhe akut berdarah
2. Hematemesis
3. Toxemia
4. Shock dan meninggal biasanya kurang dari 2 hari
5. CFR bervariasi 5-75%
6. Tipe ini umumnya terjadi karena memakan daging yang tidak dimasak dengan sempurna
c. Tipe Pernapasan (Pulmonary Anthrax)
1. mendadak dispnoe, sianosis, stridor dan gangguan respirasi berat
2. shock, meninggal biasanya dalam waktu 24 jam
d. Tipe Radang Otak (meningitis anthrax)
1. Demam, sakit kepala hebat, kejang, kesadaran menurun, kaku kuduk
2. Muntah
3. Diakhiri dengan koma
4. Liquor cerebro spinalis (LCS) berwarna keruh kuning kemerahan

Bagaimana anthraks menyerang??

d. Pencegahan
Pencegahan Usaha pencegahan terhadap penyakit Antraks dapat dilakukan dengan berbagai cara terutama dalam menjaga kebersihan individu dan lingkungan, yaitu :
• Lapor ke dinas peternakan setempat kalau ada hewan yang sakit dengan gejala antraks
• tidak dibolehkan menyembelih hewan sakit antraks
• hewan hanya boleh disembelih di rumah potong
• jika hewan dipotong diluar rumah potong harus mendapat izin lebih dulu dari dinas peternakan setempat.
• tidak diperbolehkan mengkonsumsi daging yang berasal dari hewan yang sakit antraks
• laporkan ke dinas kesehatan apabila menjumpai penderita atau tersangka antraks
• bila ada penderita dengan gejala-gejala antraks segera berobat ke puskesmas atau rumah sakit terdekat
• hewan yang peka terhadap antraks seperti sapi, kerbau, domba, kambing, kuda, secara rutin harus divaksinasi Antraks
• dianjurkan untuk tidak memandikan tubuh orang yang meninggal karena Antraks
• Dilarang membuat atau memproduksi barang-barang yang berasal dari hewan seperti kerajinan dari tanduk, kulit, bulu, tulang yang berasal dari hewan sakit/mati karena penyakit Antraks.


e. Pengobatan

Pengobatan Pengobatan disesuaikan dengan tipe atau gejala klinis yang ditemukan:
1. Tipe kulit Procaine penicilline 2 x 1,2 juta IU diberikan secara intramuskuler (im) selama 5-7 hari. Atau dengan Benzyl penicilline 250.000 IU secara im setiap 6 jam.
Perlu diperhatikan mengingat pilihan obat untuk Antraks adalah penicilline, sehingga sebelum diberikan harus dilakukan skin test terlebih dahulu. Bila penderita/tersangka hypersensitif terhadap penicilline dapat diberikan tetracycline, chloramphenical atau erytromycine
2. Tipe pencernaan Tetracycline 1 gram per hari 3. Tipe pernapasan. Penicilline G 18-24 juta IU per hari IVFD, ditambah dengan Streptomycine 1-2 gram Selain antibiotika perlu diberikan juga obat-obat symtomatis lain.

f. Gambar Pendukung
bagaimana anthraks menyerang?


gejala anthraks

penderita anthraks

bakteri bacillus antrachis

transmisi penyakit anthraks

bagian tubuh yang diserang bakteri bacillus antrachis






BAB III
PENUTUP
a. KESIMPULAN

Penyakit antraks adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri bacillus antrachis yang dalam kondisi tertentu dapat berbentuk spora. Bakteri ini masuk ke dalam tubuh hewa melalu rumput yang dimakan oleh hewan ternak tersebut dan mengandung spora bakteri Bacillus Antrachis yang terdapat di dalam tanah tempat tumbuh rumput. Penyakit ini dapat menyebabkan kematian apabila tidak mendapatkan penangan yang lebih lanjut. Selain itu juga penyakit pernah ditularkan oleh serangga pada peneitian di Afrika. Pengobatannya dapat berupa obat antibiotik pada tipe masing-masing penyakit.

b. SARAN
1. Menjaga kebersihan sanitasi lingkungan pada daerah peternakan
2. Tidak mengkonsumsi daging yang dibeli di tempat-tempat ilegal
3. Memberikan vaksin yang rutin pada daerah endemik antraks














c. DAFTAR PUSTAKA
1. http://mypotik.blogspot.com/2010/03/penyakit-antraks-adalah-disebabkan.html, diakses 24 oktober 2010
2. fom e-book , http://www.immunizationinfo.org/vaccines/anthrax, diakses 11 maret 2005
(2000).
d. Demicheli V, Rivetti D, Deeks JJ, Jefferson T, dan
Pratt M. (1998). Efektivitas dan keamanan vaksin terhadap anthrax manusia:
Sebuah tinjauan sistematis. Vaksin, 16 (9-10), 880-884.
Food and Drug Administration. (1985). Biologi produk:
vaksin bakteri dan toxoid: Pelaksanaan meninjau keberhasilan. Federal Register,
50 (240), 51002-51117.
e. Inglesby TV, Henderson DA, Bartlett JG, Ascher MS,
Eitzen E, Friedlander PM, Hauer J, J McDade, Osterholm MT, O'Toole T, Parker G,
Perl TM, Russell PK, dan Tonat K. (1999). Anthrax sebagai senjata biologis:
manajemen kesehatan medis dan publik [Konsensus pernyataan dari Kelompok Kerja
untuk Biodefense Sipil]. JAMA, 281 (18), 1735-1745.
f. Institute of Medicine, Komite Efek Kesehatan
American Academy of Pediatrics, Komite Infectious
Diseases. (2003). Anthrax. Dalam Buku Merah: Laporan Komite Infectious Diseases
(26 ed, hlm 196-199.). Elk Grove Village, IL: Author.
g. Brachman PS, Emas H, Plotkin SA, Fekety FR, Werrin M,
dan Ingraham NR. (1962). Bidang evaluasi vaksin anthrax manusia. American
Journal of Public Health, 52, 432-445.
h. Brachman S dan Friedlander PM. (1999). Anthrax. Dalam
Plotkin SA dan Orenstein WA (Eds.). Vaksin (3rd ed, hlm 629-637.). Jakarta: W
i. B. Saunders.
Brachman P dan A. Kauffman (1998). Anthrax. Dalam Evans
AS dan Brachman PS (Eds.). Infeksi bakteri manusia. New York: Plenum Buku Medis
Perusahaan.
j. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC).
(2000). Vaksin anthrax: Apa yang perlu Anda ketahui [Pernyataan Informasi
Vaksin (VIS)].
k. CDC. (2000). Konsumsi manusia bacillus anthracis
terkontaminasi daging-Minnesota, Agustus 2000. Morbiditas dan Mortality Weekly
Report, 49 (36), 813-816.
l. CDC. (2000). Surveilans untuk kejadian buruk yang
terkait dengan vaksinasi anthrax - Departemen Pertahanan AS, 1998-2000
m. Morbiditas dan Mortality Weekly Report, 49 (16), 341-345.
Chin J (ed.). (2000). Pengendalian penyakit menular
pengguna (ed 17.). Washington, DC: Asosiasi Kesehatan Masyarakat Amerika.
n. Dixon TC, Meselson M, Guillemin J, dan PC Hanna. (1999).
Anthrax. New England Journal of Medicine, 341 (11), 815-826.
Friedlander PM, Pittman PR, dan Parker GW. (1999)
o. National Institutes of Health, US Departemen Kesehatan
dan Kantor Pelayanan Manusia 'Kesiapan Kesehatan Masyarakat, dan CDC. (2001,
Desember). Mengoptimalkan pasca-paparan pencegahan anthraks
3. http://mylearningissue.wordpress.com/2011/04/10/antraks-endemi-yang-tak-kunjung-usai/ FK UNPAD, diakses 10 april 2011
4. http://www.idph.state.il.us/Bioterrorism/factsheets/anthrax.htm,
5. P enggunaan vaksin anthrax di Amerika Serikat: Rekomendasi Komite
Penasehat Praktek Imunisasi (ACIP). Morbiditas and Mortality Weekly Report, 49
(RR-15), 1-20.
6. http://epiders.blogspot.com/2011/03/laporan-investigasi-suspek-antraks.html, diakses 1 maret 2011
7. Laporan Kasus Antraks di Boyolali dan Sragen oleh Prof. DR.dr. A. Guntur Hermawan, SpPD,K-PTI,FINASIM dalam buku Antraks, SMF/Lab Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret RS dr Moewardi Surakarta, Juli 2011.
8. Putra A.A.G., Zuhudin L., Dartini N.L., Sagung Dewi A.A., Arsani N.M., dan Butarnutar R.M. (?). Wabah Antraks di Kabupaten Sumbawa, Provinsi Nusa Tenggara Barat pada tahun 2004. Balai Penyidikan Veteriner Denpasar dan Dinas Peternakan Provinsi NTB. http://www.docstoc.com/docs/28596582/WABAH-ANTRAKS-DI-KABUPATEN-SUMBAWA-PROVINSI-NUSA-TENGGARA-BARAT






1 komentar: