Welcome


Sabtu, 05 November 2011

GONORE (Kencing Nanah)

ANNA ZAINA TRIANA
10101001045



RESUME


Gonore biasa disebut GO atau kencing nanah merupakan salah satu jenis penyakit menular seksual yang akut. Penyakit ini  disebabkan oleh  bakteri Neisseria gonorrhoeae,. Gonore dapat menyerang wanita ataupun pria. Penyakit ini sangat mudah menyebar melalui kontak fisik terlebih apabila terjadi hubungan intim, baik itu secara genito-genital, oro-genital, maupun ano-genital. Bagian tubuh yang diinfeksi oleh penyakit ini umumnya vagina, rahim, penis, uretra, rektum, dan terkadang juga menyerang tenggorokan. Gonore juga dapat ditransmisikan oleh seorang ibu kepada anaknya ketika ia melahirkan.

Gejala penyakit ini muncul beberapa hari sampai beberapa minggu setelah hubungan intim dengan orang yang mengidap penyakit ini. Gejala yang timbul pada pria yaitu keluarnya cairan dari kemaluan, buang air kecil yang terasa sakit, gejala-gejala ini dapat terasa berat atau tidak terasa sama sekali. Sedangkan pada wanita gejala ini biasa tidak nampak karena bersifat asimtomatik, tetapi  jika tidak diobati akan bertambah parah bahkan dapat menyebabkan kemandulan.

            Seperti penyakit menular lainnya, penderita gonore harus mendapatkan pengobatan sejak dini , pengobatan dapat dilakukan dengan cara memberikan antibiotik kepada penderita, dapat juga diobati dengan suntikan tunggal seftriakson intramuskuler (melalui otot) atau dengan pemberian antibiotik per-oral (melalui mulut) selama satu minggu (biasanya diberikan doksisiklin). Jika gonore telah menyebar melalui aliran darah, biasanya penderita dirawat di rumah sakit dan mendapatkan antibiotik intravena (melalui pembuluh darah atau infus).





BAB I
PENDAHULUAN


      Penyakit menular seksual merupakan penyakit-penyakit yang dapat ditularkan melalui hubungan kelamin. Salah satu jenis penyakit menular yaitu gonore. Penyakit ini menyebar melalui kontak fisik terlebih apabila terjadi hubungan intim, bagian tubuh yang diinfeksi oleh penyakit ini umumnya vagina, rahim, penis, uretra, rektum, dan terkadang juga menyerang tenggorokan7. Gonore merupakan penyakit yang mempunyai insidens yang tinggi diantara penyakit menular seksual. Gonore disesbabkan oleh Neisseria gonorrhoeae, suatu diplococcus Gram negatif1.

            Gonore ialah penyakit kelamin, yang pada pria permulaannya keluar nanah dari orifisium uretra eksterna dan pada wanita biasanya tanpa gejala, hanya kadang-kadang nanah keluar dari introitus vagina2.

            Pada umumnya penularannya melalui hubungan kelamin yaitu secara genito-genital, oro-genital, dan ano-genital. Tetapi, di samping itu dapat juga terjadi secara manual melalui alat-alat, pakaian, handuk, termometer, dan sebagainya. Oleh karena itu secara garis besar dikenal gonore genital dan gonore ekstra genital3.

            Penyakit ini tersebar di seluruh dunia secara endemik, termasuk di Indonesia. Pada umumnya diderita oleh laki-laki muda usia 20 sampai 24 tahun dan wanita muda usia 15 sampai 19 tahun. Di Amerika Serikat dilaporkan setiap tahun terdapat 1 juta penduduk terinfeksi gonore. Di Hong Kong 36%, Filipina 54%. Tahun 2002, QRNG di California mencapai 10% dan pada tahun 2007 meningkat menjadi 30%. Di Sumatera Selatan Balai Besar Laboratorium Kesehatan Palembang bekerjasama dengan Klinik Khusus Infeksi Menular Seksual (IMS) Lembaga Graha Sriwijaya Palembang melakukan survey Kultur dan Resistensi N. gonorrhoeae terhadap 1000 wanita pekerja seks (WPS) di wilayah Sumatera Selatan (Palembang, Prabumulih, Lubuk Linggau dan Sungai Lilin MUBA) pada tahun 2006. Dari 1000 WPS yang dilakukan kultur swab endoserviks 20,3% positif N. Gonorrhoeae. Persentase resistensi penisilin adalah 94,1%, tetracycline 98%, ciprofloxacine 68,5%, ofloxacine 61,6%, ceftriaxone 52,7%, kanamycine 33,5%4.



Tabel Jumlah Penderita Gonore di 8 Rumah Sakit Umum Di Indonesia 1986-1988

Tahun
Jenis Kelamin
Pria
Wanita
1986
1877
229
1987
1770
191
1988
1805
173
Sumber: daili et al 1994



Prevalensi Gonore pada WPS langsung di kota tertentu pada tahun 2003-2007





BAB II
ISI



I. Triad Epidemiologi

1.1.  Agent

Gonore disebabkan oleh bakteri Neisseria gonorhoeae, bakteri ini hanya ditemukan setelah kontak seksual dengan orang yang terinfeksi (atau kontak langsung, dalam kasus infeksi pada bayi baru lahir). Dalam kosakata dari kesehatan masyarakat dan medis mikrobiologi N. gonorrhoeae sering disebut sebagai "gonokokus". Neisseria gonorrhoeae adalah kokus Gram-negatif yang relatif kecil, biasanya terlihat dalam pasangan dengan sisi-sisi yang berdekatan rata. Organisme ini sering diamati dalam sel fagositik (neutrofil) yang telah menjadi bagian dari eksudat pustular gonore. N. gonorrhoeae adalah organisme yang relatif rapuh, rentan terhadap perubahan suhu, pengeringan, cahaya uv, dan kondisi lingkungan lainnya. Ini juga merupakan nutrisi "cerewet" bakteri sehingga memerlukan darah atau hemoglobin dan beberapa asam amino dan vitamin untuk tumbuh. Di laboratorium, budaya harus tumbuh di 35-36 derajat dalam suasana 3-10% CO 2 10.

                                      Gambar bakteri Neisseria Gonorhoeae





1.2.  Host

Host dari penyakit gonore adalah manusia  baik  wanita maupun pria , yang melakukan hubungan seksual dengan penderita yang telah terinfeksi sebelumnya . Pria memiliki resiko 20% terkena infeksi dari satu tindakan hubungan seksual vagina dengan seorang wanita terinfeksi gonore.  Risiko bagi laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki (MSM) yang lebih tinggi. Wanita memiliki risiko 60-80% mendapatkan infeksi dari satu tindakan hubungan seksual vagina dengan seorang pria terinfeksi gonore. Seorang ibu yang terinfeksi dapat mengirimkan gonore ke bayinya selama persalinan, kondisi yang dikenal sebagai oftalmia neonatorum6.


Penderita transmisi dari ibuk ke anak

Gonore menginfeksi pria maupun wanita


1.3.   Environtment

Lingkungan yang sangat berpengaruh pada terjadinya penyakit gonore adalah lingkungan social dari masyarakat. Perubahan-perubahan yang terjadi di masyarakat misalnya perubahan pola pikir, gaya hidup, prilaku dan perubahan budaya seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi  mengakibatkan perubahan pada nilai moral dan agama pada masyarakat. Perubahan tersebut tidak hanya mempunyai pengaruh yang baik tetapi juga menimbulkan dampak negative, zaman sekarang banyak masyarakat yang mengikuti budaya yang salah seperti seks bebas dan bergonta-ganti pasangan , yang mengakibatkan penularan penyakit kelamin seperti gonore semakin meningkat .

                            Lingkungan yang berisiko terkena penyakit menular seksual (tempat pelacuran)


2.        Transmisi Gonore

Gonore merupakan salah satu jenis penyakit menular seksual yang transmisinya dapat terjadi melalui kontak genital-genital, genital-anorektal, oro-genital atau oro-anal, atau melalui transmisi ibu ke anak saat proses kelahiran8.



3. Riwayat Alamiah Gonore

3.1. Masa Inkubasi dan Masa Klinis

            Masa inkubasi gonore sangat singkat, pada umumnya bervariasi antara 2-5 hari, kadang-kadang lebih lama dan hal ini disebabkan karena penderita telah mengobati diri sendiri, tetapi dengan dosis yang tidak cukup atau gejala sangat samar sehingga tidak diperhatikan oleh penderita. Gejalanya berawal sebagai rasa tidak enak pada uretra, yang beberapa jam kemudian diikuti oleh nyeri ketika berkemih dan keluarnya nanah dari penis. Penderita sering berkemih dan merasakan desakan untuk berkemih, yang semakin memburuk ketika penyakit ini menyebar ke uretra bagian atas. Lubang penis tampak merah dan membengkak.

Pada wanita masa inkubasi sulit ditentukan karena pada umumnya asimtomatik. Tanda dini gonore pada wanita biasanya ialah gonore pada suami. Sering keluhan pertamanya baru timbul bila suda terjadi adneksitis. Gonore pada wanita kadang-kadang baru diketahui bila sedang melahiran, karena pada masa tersebut wanita baru memeriksakan alat kelaminnya pada dokter. Jika timbul gejala, biasanya bersifat ringan. Tetapi beberapa penderita menunjukkan gejala yang berat, seperti desakan untuk berkemih, nyeri ketika berkemih, keluarnya cairan dari vagina dan demam.

     Infeksi bisa menyerang leher rahim, rahim, saluran telur, indung telur, uretra dan rektum; menyebabkan nyeri pinggul yang dalam atau nyeri ketika melakukan hubungan seksual. Nanah yang keluar bisa berasal dari leher rahim, uretra atau kelenjar di sekitar lubang vagina.

     Wanita dan pria homoseksual yang melakukan hubungan seksual melalui anus (lubang dubur) bisa menderita gonore pada rektumnya. Penderita merasakan tidak nyaman di sekitar anusnya dan dari rektumnya keluar cairan. Daerah di sekitar anus tampak merah dan kasar, tinjanya terbungkus oleh lendir dan nanah. Pada pemeriksaan dengan anaskop akan tampak lendir dan cairan di dinding rektum penderita. Melakukan hubungan seksual melalui mulut (oral sex) dengan seorang penderita gonore bisa menyebabkan gonore pada tenggorokan (faringitis gonokokal). Biasanya infeksi ini tidak menimbulkan gejala, tetapi kadang menyebabkan nyeri tenggorokan dan gangguan menelan. Jika cairan yang terinfeksi mengenai mata maka bisa terjadi infeksi mata luar (konjungtivitis gonore).

Bayi baru lahir bisa terinfeksi oleh gonore dari ibunya selama proses persalinan, sehingga terjadi pembengkakan pada kedua kelopak matanya dan dari matanya keluar nanah. Pada dewasa, bisa terjadi gejala yang sama, tetapi seringkali hanya 1 mata yang terkena.  Jika infeksi ini tidak diobati bisa terjadi kebutaan.

Untuk mengetahui adanya penyakit ini biasanya dilakukan sebagian besar dilakukan dengan pemeriksaan analisa contoh cairan yang diambil dari saluran kencing.  Walaupun tidak ada pemeriksaan darah spesifik untuk mendeteksi adanya kuman gonore namun demikian penting sekali untuk mengambil contoh darah karena ada kemungkinan saja seseorang sekaligus juga tertular dengan PMS lain seperti sifilis atau AIDS.



3.2. Masa Laten dan Periode Infeksi
Pada Pria

a. Uretristis

            Yang paling sering dijumpai adalah uretristis anterior akuta dan dapat menjalar ke proksimal, selanjutnya mengakibatkan komplikasi local, asendens, dan diseminata, Keluhan subyektif berupa rasa gatal, panas di bagian distal uretra, kemudian disusul disuria, pola kisuria, keluar duh tubuh dari ujung uretra kadang disertai darah dan nyeri waktu ereksi.

b. Tysonitis

            Kelenjar Tyson ialah kelenjar yang menghasilkan smegma, infeksi biasanya terjadi pada penderita dengan prepuitium yang sangat panjang dan kebersihan yang kurang baik. Bila duktus tertutup akan timbul abses dan merupakan sumber infeksi laten.

c. Parauretristis

            Pada orang dengan orifisium uretra eksternum terbuka atau hipospadia. Infeksi pada duktus ditandai dengn butir pus pada kedua muara parauretra.

d. Cowperitris

            Bila hanya duktus yang terkena biasanya tanpa gejala. Kalau infeksi terjadi pada kelenjar cowper terjadi asbes. Keluhan berupa nyeri dan adanya benjolan pada daerah perineum disertai rasa penuh dan panas, nyeri pada waktu defekasi, dan disuria. Jika tidak diobati abses akan pecah melalui kulit perineum, uretra atau rectum dan mengakibatkan proktitis.

e. Prostatitis

            Prostatitis akut ditandai dengan perasaan tidak enak pada daerah perineum dan suprapubis, malese, demam, nyeri kencing, sampai hematuri, spasme otot uretra sehingga terjadi retensi urin tenesmus ani, sulit buang air besar, dan obstipasi. Pada pemeriksaan teraba pembesaran prostate dengan konsistensi kenyal nyeri kalau ditekan, bila prostatistik menjadi kronik, gejalanya ringan dan intermittrn , tetapi kadang-kadang menetap.

f. Vesikulitis

            Vesikulitis ialah radang akut yang mengenai vesikula seminalis dan duktus ejakulatoris, dapat timbul menyertai prostatitis akut atau epididimis akut. Gejala subjektif menyerupai gejala protstatitis akut berupa demam, polakisuria, hematuria terminal, nyeri pada waktu ereksi atau ejakulasi, dan spasme mengandung darah. Pada pemeriksaan melalui rectum dapat diraba vesikula seminalis yang membengkak dan keras seperti sosis, memanjang di atas prostat.

g. Epididirmis

            Epididirmis akut biasanya unilateral dan setiap epididirmitis biasanya disertai deferentitis. Faktor yang mempengaruhi keadaan ini antara lain irigasi yang terlalu sering dilakukan, cairan irrigator terlalu panas atau terlalu pekat, instrumentasi yang kasar, pengurutan prostate yang berlebihan, dan aktivitas seksual yang berlebihan. Pada penekanan terasa nyeri sekali. Bila mengenai kedua epididirmis dapat mengakibatkan sterilitas.

h. Trigonitis

            Infeksi asendens dari uretra posterioe mengenai trigonom vesika urinaria, menimbulkan gejala polluria, disuroa terminal, dan hematuria.



Pada Wanita

            Gambaran perjalanan penyakit pada wanita berbeda denga pria karena disebabkan oleh perbedaan anatomi dan fisiologi kelamin. Pada mulanya hanya serviks uteri yang terkena infeksi. Duh tubuh yang mukopuruln dan mengandung banyak gonokok mengalir ke luar dan menyerang uretra, duktus para uretra, kelenjar bartholin, rectum, dan dapat juga naik ke atas sampai daerah kandung telur.

a. Uretritis

            Gejala utama ialah disuria, pada pemeriksaan, orifisium uretra ekstemum tambak merak, edematosa dan ada secret mukopurulen.

b. Servisitis

            Dapat asimtomatik, kadang timbul nyeri. Serviks tampak merah dengan erosi dan secret mukopurulen. Duh tubuh lebih banyak bila terjadi akut.

c. Bartholinitis

            labium mayor pada sisi yang terkena membengkak, merah dan nyeri. Kelenjar Bartholin membengkak terasa nyerih sekali bila berjalan dan sukar duduk. Bila saluran kelenjar dapat timbul abses dan dapat pecah , jika tidak diobati menjadi kista.

d. Salpingtis

            Cara infeksi langsung dari serviks melalui tuba Fallopii sampai pada daerah samping dan ovarium sehingga dapat menimbulkan penyakit radang panggul yang dapat menumbulkan kehamilan ektopik dan sterilitas. Kira-kira 10% wanita dengan gonore akan berakhir dengan penyakit radang panggul. Gejalanya terasa nyeri pada daerah abdomen bawah, duh tubuh vagina, disuria, dan menstruasi yang tidak teratur atau abnormal.


Gonore pada wanita

Gonore pada Pria




4. PENCEGAHAN

Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah penyakit gonore ialah:

  •   Tidak melakukan hubungan seksual baik vaginal, anal dan oral dengan orang yang terinfeksi adalah satu-satunya cara yang 100% efektif untuk pencegahan.


  • Setia kepada pasanngan, setia kepada pasangan sangat memperkecil resiko terjadinya penyakit gonore karena hubungan seksual hanya dilakukan dengan satu orang saja .


  • Melakukan seks yang lebih aman. Selalu menggunakan kondom dengan pasangan yang tidak tetap atau pasangan yang belum memiliki cek kesehatan seksual bila memiliki vagina atau dubur seks adalah cara terbaik untuk menghindari gonorrhoeal mendapatkan infeksi.


  • Gonore dapat menginfeksi tenggorokan. Oleh karena itu penting untuk menggunakan perlindungan ketika melakukan seks oral. Jika memberikan oral seks seorang laki-laki (penisnya dalam mulut), maka ia perlu memakai kondom. Tidak peduli apakah seorang laki-laki atau perempuan, jika memasukkan mulut dalam kontak dengan pasangan anus atau vulva saat berhubungan seks, harus menggunakan gigi bendungan .


  • Saling terbuka dengan pasangan dapat menurunkan terjadinya penularan penyakit9.





5. PENGOBATAN

Pada pengobatan yang perlu diperhatikan adalah efektivitas, harga, dan sesedikit mungkin efek toksinya. Ternyata pilihan utama ialah penisilin dan probenesid, kecuali di daerah yang tinggi insidens Neisseria gonoorhoeae Penghasil Penisilinase (N.G.P.P). Secara epidemiologis pengobatan yang dianjurkan adalah obat dengan dosis tunggal. Macam-macam obat yang dapat dipakai adalah:

a. Penisilin

            Penisilin yang efektif ialah penisilin G prokain akua. Dosis 4,8 juta unit+ 1 gram probenesid. Angka kesembuhan pada tahun 1991 ialah 91,2%. Obat tersebut dapat menutupi gejala sifilis. Kontraindikasinya ialah alergi penisilin.

b. Ampisilin dan amoksisilin

            Ampisilim dosisnya ialah 3,5 gram + 1 gram probenesid, dan amoksisilin 3 gram + 1 gram probenesid. Angka kesembuhan tahun 1987 hanya 61,4%, sehingga tidak dianjurkan. Kontraindikasinya ialah alergi penisinin.

c. Sefalosporin

            Seftriakson (generasi ke-3) cukup efektif dengan dosis 250 mg i.m. Sefoperazon dengan dosis 0,50 sampai 1.oo g secara intramuskular. Sefiksim 400 mg per oral dosis tunggal memberi angka kesembuhan >95%.

d. Spektinomisin

            Dosisnya ialah 2 gram i.m. Baik untuk penderita yang alergi penisilin, yang mengalami kegagalan pengobatan dengan penisilin, dan terhadap penderita yang juga tersangka menderita sifilis karena obat ini tidak menutupi gejala sifilis.

e. Kanamisin

            Dosisnya 2 gram i.m. Angka ksembuhan pada tahun 1985 ialah 85%. Baik untuk penderita yang alergi penisilindan gagal dengan pengobatan penisilin.

f. Tiamfenikol

            Dosisnya 3,5 gram, secara oral. Angka kesembuhan pada tahun 1988 ialah 97,7%, tidak dianjurkan pemakaiannya pada kehamilan.

g. Koinolon

            Dari golongan kuinolon obat yang menjadi pilihan adalah ofloksasin 400 mg, siprofloksasin 250-500mg, dan norfloksasin 800 mg secara oral. Angka kesembuhan tahun 1992 yakni 100%. Mengingat pada beberapa tahun terakhir ini resistensi terhadap siprofloksasin dan ofloksasin semakin tinggi, maka golongan kuinolon yang dianjurkan adalah levofloksasin 250 mg per oral dosis tunggal.

            Selain obat-obat diatas pengobatan gonore biasanya dengan suntikan tunggal seftriakson intramuskuler (melalui otot) atau dengan pemberian antibiotik per-oral (melalui mulut) selama 1 minggu (biasanya diberikan doksisiklin). Jika gonore telah menyebar melalui aliran darah, biasanya penderita dirawat di rumah sakit dan mendapatkan antibiotik intravena (melalui pembuluh darah, infus) 3.



BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN


I. Kesimpulan

            Gonore merupakan salah satu jenis penyakit menular seksual yang diakibatkan oleh bakteri Neisseria gonorhoeae . Penularan gonore terjadi melalui kontak seksual , berupa genital-genital, genital-anorektal, oro-genital atau oro-anal serta dapat juga ditransmisikan dari ibu ke anak pada saat melahirkan. Gonore mempunyai masa inkubasi yang relatif singkat, pada laki-laki yaitu 2-5 hari sedangkan pada wanita sulit dideteksi karena bersifat asimtomatik.

Pecegahannya dapat dilakukan dengan berbagai cara, contohnya  tidak melakukan hubungan seksual, setia dengan pasangan, menggunakan kondom, terbuka terhadap pasangan. Pengobatan gonore dapat dilakukan dengan memberikan penisilin kepada penderitanya atau dengan suntikan tunggal seftriakson intramuskuler (melalui otot) atau dengan pemberian antibiotik per-oral (melalui mulut). Jika gonore telah menyebar melalui aliran darah, biasanya penderita dirawat di rumah sakit dan mendapatkan antibiotik intravena (melalui pembuluh darah, infus).


2. Saran

            Saran penulis pada pembaca yaitu hendaknya membiasakan diri untuk berprilaku hidup yang sehat . Walaupun zaman dan teknologi semakin maju serta budaya yang mulai bergeser kita hendaknya tidak meniru kebiasaan-kebiasaan yang negatif yang nantinya akan merugikan diri kita sendiri, kita juga tetap harus menjunjung norma dan nilai-nilai agama. Pencegahan lebih baik dari pada pengobatan, dengan tidak melakukan seks bebas dan beganti-ganti pasangan, setialah kepada pasangan anda dan saling terbuka,  agar penyebaran penyakit menular seksual khususnya gonore dapat berkurang bahkan dihentikan.




DAFTAR PUSTAKA

1.A.S. Grimble. M. R. C. P. 1897. McLahlan’s Handbook of Diagnosis and Treatment of

Venereal Diseases. London: E. & S. Livingstone Ltd.



2. Dr. Marwali Harahap. 1990. Penyakit Menular Seksual. Jakarta: PT Gramedia Pustaka.



3. Prof. Dr.dr. Adhi Djuanda, dkk. 2007. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Balai   penerbit FKUI.



4. Anonim. Gonorchea (Online), ( http://www.afraidtoask.com/std/gonorchea.html, Diakses tanggal 4 November 2011).




6. Anonim. Apa Penyebab Gonore, (Online),(http://www.news-medical.net/health/What-Causes-Gonorrhea-(Indonesian).aspx, diakses 4 November 2011).

7. Anonim. 2011. Gonorrhea (Online), http://www.co.clark.wa.us/public-health/diseases/documents/gonorrhea.pdf, diakses 3 Juni 2011).



8. Shifwa. 2011. Gonorhoe, (Online), (http://id.shvoong.com/medicine-and-health/dermatology/2193503-gonorhoe/#ixzz1coiAPUno, diakses 5 November 2011).



9. U.S Department Health and Human Service, 2011. Gonorrhea. (Online), (http://www.womenshealth.gov/publications/our-publications/fact-sheet/gonorrhea.pdf, diakses 3 November 2011).

10. World Health Organization. Sexually Transmitted Diseases, (Online), (http://www.who.int/vaccine_research/diseases/soa_std/en/index2.html, diakses 5 November 2011).

 

1 komentar: